Kita semua tahu kalau industri fashion itu punya dampak besar buat lingkungan. Tapi, biasanya fokusnya cuma ke fast fashion, proses produksi baju, atau isu hak asasi manusia. Padahal, ada satu masalah besar yang jarang dibahas: serat kain kita! Kebanyakan pakaian masih pakai bahan sintetis dari minyak bumi atau kapas yang boros air. Intinya, bahan dasarnya nggak banyak berubah… sampai sekarang!
PANGAIA, yang kerennya disebut perusahaan ilmu material
berbalut fashion, baru aja bikin gebrakan dengan koleksi activewear 365 Seamless. Ini bukan baju olahraga biasa, lho! Bahan
utamanya pakai regen™ BIO Max,
elastane bio-based dari sisa-sisa pertanian kayak jagung industri. Mereka juga pakai EVO® Nylon yang dibuat dari biji
jarak, plus dikasih peppermint oil
buat anti-bau. Gila, kan? Ini nunjukkin kalau sustainable fashion itu bukan cuma konsep, tapi udah jadi kenyataan
yang super canggih!
Kenapa Baru
Sekarang? Industri Fashion Itu Susah Berubah!
Kamu mungkin mikir, kok baru sekarang sih bahan-bahan keren
kayak gini muncul? Jawabannya gampang: rantai pasok fashion itu kaku banget!
Bahan-bahan kayak poliester, kapas, dan elastane udah jadi raja karena murah
dan gampang diproduksi massal.
·
Poliester? Dari
minyak bumi, butuh energi gede, dan numpuk di TPA selamanya.
·
Elastane
(Spandex)? Sama aja, boros energi dan nggak bisa terurai.
·
Kapas? Walaupun
alami, dia haus air dan butuh banyak pestisida.
Semua bahan ini udah nyangkut di semua lini industri, dari
merek kecil sampai raksasa. Makanya, inovasi bahan alternatif sering macet di
masalah biaya, kualitas, dan produksi massal. Banyak yang cuma jadi percobaan
atau alat marketing buat greenwashing.
Titik Balik
Inovasi: Bukan Cuma Teknologi, Tapi Mindset!
Terus, kenapa sekarang situasinya beda? Bukan cuma karena
teknologi baru, tapi karena perubahan pola pikir! Risiko iklim yang makin nyata
dan peraturan yang makin ketat bikin merek-merek dipaksa mikir lebih jauh.
Konsumen juga makin pintar, nggak cuma nanya "baju ini dibuat di
mana?", tapi juga "dari apa dan bagaimana?".
Patrick Baptista Pinto dari Really Clever (yang bikin
biomaterial dari jamur) bilang, "Kita melihat pergeseran nyata.
Merek-merek nggak cuma cari alternatif kulit, tapi biomaterial yang bisa
gantiin sintetis secara luas. Bahaya mikroplastik juga bikin kita makin
buru-buru cari solusi."
Yang paling penting, inovator bahan baru ini berhasil bikin
produk yang fungsinya sama bagusnya sama bahan lama. Tampilan, rasa, performa —
semuanya nggak kalah! Bahkan, harganya pun bisa bersaing.
PANGAIA:
Pelopor Fashion Berbasis Sains
PANGAIA itu beda karena model bisnisnya fokus ke R&D.
Mereka bukan sekadar fashion brand yang sok-sokan hijau, tapi perusahaan ilmu
material dengan divisi fashion. Mereka kerja langsung sama produsen serat, jadi
hasil penelitiannya lebih ilmiah.
Model mereka jelas: bikin material inovatif, uji performa dan
dampak lingkungannya, baru deh dijadiin baju yang keren dan bisa dipakai.
Koleksi terbaru mereka nunjukkin kalau kamu nggak perlu milih antara performa
dan etika, atau antara tampil keren dan berdampak baik buat bumi.
Bukan Cuma
PANGAIA: Brand Besar Ikutan!
PANGAIA mungkin memimpin, tapi banyak brand besar juga mulai
lirik:
·
Stella
McCartney bikin tas mewah dari Mylo™
(kulit jamur).
·
Ganni eksperimen
kulit anggur.
·
Hermès diam-diam
pakai bahan buatan lab.
·
Vivobarefoot di sepatu
pakai bahan dari mikroalga, serat pisang, sampai cangkang kerang.
·
Patagonia pakai wetsuit bio-based dan Levi's punya denim campuran rami.
Ini semua bukti bahwa bahan "alternatif" itu makin
nggak aneh, malah jadi fondasi baru fashion.
Belum
Sepenuhnya Sempurna, Tapi Arahnya Jelas!
Meskipun menjanjikan, adopsinya belum luas. Bahan alternatif
masih di bawah 1% pasar. Biayanya mahal dan sertifikasinya belum standar. Biar
bisa skala besar, kita butuh dukungan dari pemain raksasa.
Ada juga masalah branding.
Banyak yang masih mikir kalau bahan plant-based
itu lemah atau kasar. Perlu usaha lebih buat ngubah persepsi ini, biar bahan
baru ini dianggap sebagai upgrade,
bukan kompromi.
Di sinilah storytelling
jadi kunci. Brand kayak PANGAIA bantu nulis ulang ceritanya. Mereka nunjukkin
kalau kamu nggak perlu milih antara fungsi dan etika, atau antara tampil bagus
dan berdampak baik.
Revolusi
Material Berikutnya
Kalau mau fashion beneran sustainable,
kita butuh lebih dari sekadar poliester daur ulang atau kapas organik. Kita
butuh serat-serat baru yang revolusioner.
Perubahan ini sedang terjadi, tapi nggak akan instan. Butuh
investasi jangka panjang, kolaborasi lintas industri, dan kemauan buat
ngerombak "normalnya" fashion. Brand harus dukung inovasi dan edukasi
konsumen. Investor perlu dukung brand yang bikin perubahan sistemik.
Kita sebagai konsumen punya kekuatan yang luar biasa. Setiap
pembelian itu kayak kita kasih vote buat masa depan fashion yang kita mau.
Setiap suara di media sosial itu nambah bobot pada apa yang penting.
Koleksi terbaru PANGAIA itu bukan cuma baju biasa, tapi sebuah sinyal. Sinyal kalau inovasi material sudah matang, alternatif sudah ada, dan kain fashion itu sendiri siap untuk berubah.