Di tengah hiruk pikuk persiapan
pernikahan, ada satu detail kecil yang sering luput dari perhatian. padahal
perannya sangat besar. Namanya boutonnière, aksesori bunga mungil yang
disematkan di jas pria ini bukan cuma tempelan biasa. Ia punya makna, sejarah,
dan kesan luar biasa untuk membuat tampilan pemakainya jadi jauh lebih
berkelas.
Kehadiran boutonniere pada look pengantin pria, groomsmen dan
orang-orang terdekat di hari pernikahan semakin menambah keistimewaan momen
sakral ini. Yuk, mengenal lebih dekat tentang boutonniere!
Secara harfiah, boutonnière merupakan istilah dalam bahasa Prancis yang artinya "lubang kancing". Sebutan ini sangat sesuai karena secara tradisional, boutonnière memang dipasangkan pada lubang kancing kerah jas sebelah kiri, atau yang dikenal sebagai lapel buttonhole. Namun, jika jas yang dikenakan tidak memiliki kerah atau lubang di bagian kerah, boutonniere bisa dibuat dalam bentuk pin sehingga mudah dipasangkan di kerah.
Umumnya, boutonniere terdiri dari
satu kuntum bunga utama, seperti mawar, anyelir, atau bahkan anggrek yang
dipercantik dengan daun-daun kecil atau pita.
·
Mawar:
Bunga klasik
yang sangat populer, melambangkan cinta, keindahan, dan romansa.
·
Anyelir:
Bunga yang
tahan lama dan tersedia dalam beragam variasn warna, sering digunakan karena
keserbagunaannya dalam berbagai acara formal.
·
Baby's Breath:
Memberi
sentuhan kesederhanaan dan keanggunan pada boutonniere. Simbol kemurnian dan
ketulusan.
·
Anggrek:
Lambang
keindahan, kekuatan, kemewahan, dan keunikan. Ia menjadi pilihan eksotis untuk
pernikahan maupun acara formal.
·
Tulip:
Bunga musim
semi yang mengasosiasikan cinta yang sempurna, kebahagiaan, dan kasih sayang.
·
Krisan:
Pilihan yang
cocok untuk musim panas, memberikan sentuhan warna dan energi yang sesuai
dengan cuaca cerah.
Tradisi mengenakan boutonniere
berawal dari awal abad ke-19. Dimana bunga tersebut menjadi penanda kekayaan,
status, atau afiliasi dengan suatu kelompok. Namun, di era modern, makna paling
kuat dari boutonnière terletak pada ritual pernikahan. Bunga ini menjadi simbol
yang mengikat, Juga sebagai lambang keanggunan, kehormatan, dan persatuan.
Pengantin pria, para pendampingnya (groomsmen), dan ayah dari kedua mempelai
biasanya mengenakan boutonnière yang jenis dan warnanya serasi dengan buket
bunga pengantin wanita.
Ini bukan sekadar kebetulan,
melainkan cara elegan untuk menunjukkan kesatuan tim, merayakan momen sakral,
dan memperlihatkan harmoni dalam perayaan hari persandingan. Berikut orang-orang
yang secara tradisional mengenakan boutonniere di pesta pernikahan:
1.
Pengantin Pria (groom)
Pengantin pria
biasanya mengenakan boutonniere yang senada dengan buket pengantin wanita.
Boutonniere seringkali berupa bunga tunggal yang melengkapi skema warna dan
tema pernikahan. Misalnya, jika buket pengantin wanita merupakan campuran mawar
putih dan mawar merah, boutonniere pengantin pria mungkin berupa mawar putih
tunggal.
2.
Pengiring pria (groomsmen)
Para pengiring
pria biasanya mengenakan boutonniere yang senada dengan buket pengiring
pengantin wanita. Boutonniere pengiring pria harus berbeda dari boutonniere
pengantin pria.
3.
Ayah dari Pengantin Wanita dan Pria
Kedua ayah
dapat mengenakan boutonniere sebagai cara yang bermakna untuk melambangkan
peran penting mereka dalam upacara pernikahan.
4.
Pengantar dan Pembawa Cincin
Pengiring
pengantin dan pembawa cincin secara tradisional memainkan peran penting dalam
upacara pernikahan, dan mengenakan boutonniere dapat menjadi tambahan yang
bermakna pada busana mereka, terutama untuk pernikahan formal.
5.
Anggota Keluarga Dekat
Kakek dan
anggota keluarga laki-laki penting lainnya sering mengenakan boutonniere
sebagai tanda penghormatan dan keterlibatan yang bermakna dalam acara pernikahan.
Ini juga melambangkan keterikatan, merayakan kehadiran dan arti penting mereka
dalam kehidupan orang-orang terkasih.
Itulah beberapa hal tentang boutonniere,
si kecil yang sangat berarti.