Pandemi Covid 19 seolah memaksa
kita untuk berhadapan dengan beragam budaya baru yang mau tidak mau harus diterapkan
dalam keseharian kita. Di era ‘new normal’ ini, kita juga dituntut untuk
mengenal secara lebih mendalam tentang dunia digital dan menggunakannya. Banyak
alasan yang mendasari kebijakan ini, mulai dari kepraktisan, penghematan waktu
dan biaya, menghindari kontak fisik dengan banyak orang, mengurangi jumlah
emisi dan karbon demi kesehatan dan lingkungan.
Alasan-alasan tersebut menjadi faktor utama yang mendorong pemerintah dan masyarakat untuk terus menggunakan platform digital sebagai perantara untuk berinteraksi antar sesama. Dalam hal ini, industri kreatif adalah salah satu bidang yang paling merasakan manfaat dari dunia digital, salah satunya adalah bidang fashion.
Avatar memakai rancangan
Dolce & Gabbana di Decentraland Metaverse Fashion Week
Sebelum pandemi covid-19, fashion
show dibuat secara eksklusif dan terbatas. Hanya segelintir orang yang dapat
menontonnya secara langsung sebelum videonya dirilis untuk konsumsi massal. Namun
lockdown di seluruh dunia mengharuskan acara fashion show dari brand ternama
dunia dibuat menjadi versi virtual (online). Sehingga bisa ditonton oleh
pemirsa di seluruh dunia secara bersamaan melalui live streaming.
Pada saat yang sama, teknologi
video game melibatkan para pemainnya untuk membangun karakter avatar
masing-masing. Video game yang melibatkan Virtual Reality (VR) dan Augmented
Reality pun kian berkembang dan digemari karena para pemainnya dapat membangun
karakter sesuka hati dan sesuai keinginan.
Beberapa tahun belakangan ini, karakter-karakter
pemain video game makin bervariasi dan terus berkembang. Pemain dapat bertukar
karakter, membeli ataupun mengganti kostum avatar sesuai keinginan mereka. Biasanya
model video game ini selalu tersedia semacam toko virtual yang menjual kostum, aksesoris
serta berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk meng-upgrade penampilan avatar
pemain.
Ada yang bisa didapatkan secara gratis, ada pula yang harus membayar dengan mata uang dari game tersebut. Nah, mata uang game itu biasanya harus dibeli dengan mata uang sungguhan alias berbayar, baik dalam bentuk kripto maupun digital payment.
Kota Metaverse
Avatar dalam video game berperan sebagai
representasi karakter dari masing-masing pemain. Avatar ini bisa dibuat sesuai
gaya yang diinginkan, meski realita nya penampilan pemain asli sangat jauh berbeda
dari karakter itu. Tak hanya sebuah karakter, avatar juga digunakan untuk menggambarkan
profil saat berkomunikasi dengan pemain lain. Tentu para pemain ingin avatar
mereka terlihat menarik dan lebih menonjol. Hal inilah yang mendasari
kemunculan trend fashion virtual.
Para gamers pastinya meinginkan karakter mereka berpakaian sebaik dan seunik mungkin. Dengan mix and match yang baik dari baju-baju yang tersedia di toko virtual video game dapat kebiasaan digit kebiasaan digit menghasilkan karakter yang stylish dan fashionable. Semakin bagus desain dari kostum tersebut, tentu harganya akan semakin mahal. Developer video game pun bisa meraup keuntungan berlipat dari penjualan merchandise virtual ini.
Avatar dengan baju rancangan
Gucci
Berbicara mengenai dunia video game online dan avatar, kita tak bisa lepas dari trend metaverse. Metaverse atau yang lebih dikenal dengan nama Meta Mesta adalah istilah yang digunakan untuk menyebut keterlibatan dunia nyata pengguna dengan dunia maya. Metaverse ini merupakan satu jaringan dunia maya tiga dimensi yang terintegrasi sehingga para pemain bisa menavigasi dunia maya tersebut melalui avatar mereka. Faktor inilah yang mendasari kemajuan fashion metaverse yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Avatar di Gucci Town
Perkembangan fashion metaverse kian membabi buta setelah acara Pekan Mode Metaverse atau Metaverse Fashion Week (MVFW). Acara ini diselenggarakan oleh Decentraland yaitu sebuah platform realitas dunia maya tiga dimensi yang terdesentralisasi. Decentraland bisa disebut kota virtual dimana para penggunanya dapat membeli dan menjual barang atau real estate digital mereka selagi menjelajah, berkomunikasi, berinteraksi, dan bermain game. Para pengguna juga bisa membuat, merasakan, dan memonetisasi (mengubah sesuatu agar menjadi penghasilan) konten serta aplikasi
Avatar di Metaverse Design Week
Decentraland dikembangkan oleh Ari Meilich dan Esteban Ordano dari Argentina yang dirilis pertama kali pada bulan Februari 2020. Sejalan dengan kepopuleran platform tersebut, banyak brand terkenal dunia membeli sebidang tanah di Decentraland dan membangun toko virtual mereka di sana. Mulai dari Samsung, Adidas, Atari, PricewaterhouseCoopers dan balai lelang Sotheby’s.
Tidak berselang lama, Decentraland
menyelenggarakan Metaverse Fashion Week pertama mereka pada tanggal
24-27 Maret 2022. Acara ini dimeriahkan oleh berbagai fashion brand ternama
dunia seperti Dolce & Gabbana, Tommy Hilfiger, Elie Saab, Hugo Boss, Etro,
retail ternama Selfridges, dan sebagainya.
Di program MVFW tersebut, para pengguna bisa menyaksikan fashion show sekaligus membeli baju-baju yang ada dalam fashion show tersebut secara digital. Bahkan ada juga yang dijual dalam bentuk fisik dan dikirimkan ke alamat masing-masing pembeli. Acara tersebut tercatat dihadiri oleh 108.000 pengguna dan 7.000 baju (digital) berhasil terjual dalam kurun waktu empat hari.
Dalam fashion week ini diselenggarakan panel diskusi, pembukaan mall, hingga after party, layaknya penyelenggaraan fashion week di kota-kota besar seperti Paris, Milan, New York, London, dan sebagainya.
Toko virtual Selfridges
Sampai saat ini, keterlibatan brand-brand besar fashion dalam metaverse pun kian menjamur. Belum lama ini, beberapa brand fashion terkenal menjalin kerjasama dengan video game Roblox dan membuat platform sendiri. Ada brand Gucci yang membuat Gucci Town, Nike dengan Nikeland nya dan Vans dengan Vans World nya.
Trend metaverse ini tentunya disambut baik oleh berbagai brand ternama karena terbukti mampu menjangkau lebih banyak konsumen yang sebelumnya tidak dapat membeli baju atau aksesoris mereka dan memberikan pendapatan baru. Tak bisa dipungkiri jika metaverse akan menjadi norma baru di masyarakat, terutama bagi generasi Z dan masyarakat yang sadar akan teknologi.
Sumber: Buletin Tekstil Edisi 18