Belakangan ini popularitas produk
tekstil berbahan baku serat viscose kian meningkat. Hal ini bisa dilihat dari derasnya
penjualan yang berdampak pada kelangkaan serat viscose. Lalu, sebenarnya viscose
itu apa sih? Dan bagaimana cara memubuatnya?
Sebenarnya, viscose atau yang kerap disebut dengan istilah rayon viscose merupakan hasil regenerasi serat rayon sehingga termasuk jenis kain semi sintetis (serat alami yang diporses denggan bantuan zat kimia). Karakter kainnya hampir sama dengan kain rayon, namun ketika disandingkan maka serat viscose akan tampak lembih mengkilap dibandingkan kain Rayon.
Sekilas, kenampakan serat viscose memang mirip dengan sutra, tetapi saat disentuh barulah sangat terasa perbedaanya. Sifat kainnya juga tidak mudah kusut.
Awalnya, serat rayon viscose dibuat untuk memenuhi kebutuhan serat kapas. Tapi pada kenyataannya, ada berbagai hal yang kurang baik karena dimensi serat yang kurang stabil dan tidak sekuat serat kapas.
Baca Juga: |
Sama halnya dengan rayon, serat
viscosa juga terbuat pulp yaitu sejenis bubur kayu dari pohon pinus, beech, kayu
putih atau bambu. Proses pembuatan kain viscose terbagi menjadi beberapa
tahapan yaitu:
1.
Pembuatan bubur kayu
Pembuatan kain viscose dimulai dengan ekstraksi serat selulosa dari batang pohon dengan mengolahnya menjadi bubur kayu menggunakan bahan kimia terlarut yaitu natrium hidroksida.
2.
Alkalisasi (Pembuatan alkali selulosa)
Selanjutnya yaitu proses alkalisasi yang dilakukan
dengan mereaksikan pulp selulosa dengan NaOH 18% dalam pulper. Langkah ini bertujuan
mendapatkan slurry alkali selulosa, membersikan serat dan melarutkan hemiselulosa
dengan NaOH.
3.
Pemeraman atau Angeing
Proses selanjutnya yaitu pemeraman larutan hasil alkalisasi
selama kurang lebih 6 jam dengan kecepatan 0,3-0,6 rpm. Proses ini mampu menurunkan
derajad polimerisasi untuk memudahkan proses selanjutnya. Setelah pemeraman,
alkali selulosa akan melewati blower bertekanan udara yang berfungsi menghilangkan
logam-logam alkali dan dikirim ke hopper.
4.
Xantasi
Xantasi adalah proses pengubahan alkali selulosa ke
bentuk selulosa xantat. Pada tahapan ini, alkali selulosa direaksikan dengan karbon
disulfida di dalam xantator. Sebelum penambahan karbon disulfida, alkali selulosa
harus diperam selam 7 menit untuk menghindari ledakan yang disebabkan oleh reaksi
antara udara dan karbondioksida.
5.
Pelarutan dan pencampuran
Alkali selulosa xantat yang didapatkan dari proses xantasi
kemudian direaksikan dengan NaOH 20g/L. Kedua bahan ini dimasukkan pada alat dissolver
dan fine homogizer untuk menghasilkan larutan viskosa kental. Proses ini harus
dilakukan pada mesin bersuhu rendah supaya tidak terjadi dekomposisi xantat dan
produk samping. Hasil dari proses ini lalu dialirakan ke blender guna mendapatkan
larutan yang lebih rata dan halus.
6.
Pematangan
Pematangan dilakukan dengan melewarkan larutan pada
first filter dan disedot dengan deaerator. Filter dan deaerator berfungsi menghilangkan
berbagai faktor penghambat proses pemintalan seperti kotoran, debu, karat, serat
halus, dan gelembung udara yang kemungkinan bisa memutus serat filamen saat
pemintalan. Tujuan utama dari proses pematangan yaitu untuk menyempurnakan
reaksi pembentukan viskosa dalam ripening tank.
7.
Spinning atau pemintalan
Larutan yang sudah melalui proses pematangan selanjutnya
dipintal dengan metode wet spinning atau pemintalan basah. Pertama-tama,
larutan viscosa dimasukkan dalam penampung (spinning tank) dan dipompakan ke
candle filter. Selanjutnya, larutan dipintal melalui lubang spineret lalu
diendapkan pada larutan koagulan sehingga membentuk filamen rayon yang disebut tow.
Komposisi larutan koagulan yaitu:
a. Asam
Sulfat (H2SO4) untuk meregenerasi larutan viskosa (Natrium Selulosa Xantat)
menjadi selulosa.
b. Seng
Sulfat (ZnSO4) mampu menstabilkan pembentukan lapisan kulit filamen dengan menghambat
proses regenerasi yang terlalu cepat.
c. Natrium
sulfat (Na2SO4) berfungsi menjaga ketabilan pH dan mencegah kerusakan filamen
yang sudah terbentuk oleh H2SO4.
8.
Pemotongan Tow
Sebelum proses pemotongan, tow dilewatkan pada idle
roller dan feed roller untuk diregangkan. Pemotongan dilakukan dengan memposisikan
tow secara vertikal kemudian memasukkannya pada mesin pemotong. Proses ini
dibantu semprotan air bersuhu 120 derajat Celcius dengan tekanan 1,2 bar
sehingga menghasilkan potongan-potongan filamen (serat stapel) berukuran 32,
38, 44, 51, dan 60 mm.
9.
Penghilangan karbon disulfida
Hasil potongan serat rayon kemudian dilewatkan pada
pipa-pipa kecil berlubang dengan injeksi uap untuk mengambil CS2 (karbon disulfida)
dengan air. Langkah ini mampu mengambil 30-40% kandungan CS2.
10.
After treatment
After treatment atau proses pengerjaan lanjutan betujuan
meningkatkan sisa-sisa larutan koagulan dan disulfida yang masih menempel pada
serat. Benang viskosa yang berbentuh hamparan dilewatkan pada mesin khusus after
treatmen dengan kecepatan 2-3 m/ menit. Proses after treatment ini terbagi
menjadi beberapa tahapan diantaranya yaitu:
a.
Acid Free Wash (Pencucian Bebas Asam)
b.
First Washing (Pencucian
Pertama/Lanjutan)
c.
Desulfurizing (Penghilangan Belerang)
d.
Second Washing (Pencucian Kedua)
e.
Bleaching (Pengelantangan)
f.
Third Washing (Pencucian Ketiga)
g.
Final Washing (Pencucian Akhir)
h.
Soft Finish (Proses Pelembutan)
11.
Pengeringan
Selangkah menuju tahap akhir yaitu pengeringan dan
pengepakan dimana serat akan melewati squeeze roll lalu dimasukkan ke mesin wet
opener. Dalam mesin wet opener ini serat dicabik-cabik sehingga ukurannya
menjadi lebih kecil dan memudahkan pengeringan. Proses pengeringan dilakukan
dengan dua tahap yaitu:
a.
Suhu 100-130 derajat celcius dengan kadar air
sisa 35%
b.
Suhu 100-140 derajat celcius dengan kadar air
sisa 11-13%
12.
Pengepakan
Setelah pengeringan, serat akan dicabik-cabik lagi menjadi
stapel yang siap dipintal menjadi benang menggunakan mesin feeder dan
diteruskan ke mesin opener (mesin pembuka serat). Terakhir, serat akan di pak dalam
bentuk bale dengan berat kurang lebih 250 kg.
Setelah pengepakan, benang pun didistribusikan
ke produsen-produsen kain lalu ditenun menjadi lembaran kain viscose yang utuh.
Dalam pertenunannya biasanya benang viscose dikombinasikan dengan jenis benang
lainnya untuk menghasilkan karakter kain yang lebih kuat dan tidak mudah rapuh.
Kain yang dihasilkan dari proses
pertenunan ini bisa langsung diaplikasikan menjadi kerajinan tangan atau
produk-produk lainnya. Sedangkan untuk membuat produk sandang, maka kain
blacu/greige viscose harus melalui rangkaian proses finishing, printing atau
dyeing.
Itulah beberapa tahapan proses pembuatan
kain viscose yang penting untuk Anda ketahui. Sudah tau kan kenapa viscose atau
rayon viscosa ini disebut serat semi sintetis? Semoga bermanfaat yaa.
Nah, jika Sahabat Bahankain ingin
berkreasi atau membuat produk dari kain bermotif kombinasi benang viscose, Anda
bisa memilih koleksi kain dobby cotton viscose atau rayon viscose by BahanKain.com.
Mau tau seperti apa dan apa saja motifnya? Cek DISINI.
Untuk detail produk dan pemesanannya, Anda bisa langsung menghubungi CS Bahankain.com dengan klik icon whatsapp ya.
Kami juga sudah ada di Shopee dan Tokopedia lho. Kunjungi toko Mekar Jaya Tekstil di aplikasi Shopee atau Tokopedia Anda. Akses lebih cepat silahkan klik di bawah ini: