Apa sih yang paling identik dengan suku Betawi? Jawabannya adalah ondel-ondel. Yaps, boneka raksasa dari anyaman bambu yang dihiasi pakaian serta aksesoris khas Betawi ini sudah menjadi ikon DKI Jakarta sejak abad ke-16. Rangkaian busana adat masyarakat Betawi tak pernah absen dari kemeriahan Pekan Raya Jakarta yang hadir setiap tanggal 22 Juni.
Tapi tahukah kamu, bagaimana asal muasal suku Betawi? Lalu seperti apakah model busana yang dikenakan dalam keseharian mereka? Mari kita ulas satu per satu!
Si Doel Anak Sekolahan dan Si Entong, dua sinetron yang sangat menggambarkan busana sekaligus budaya Betawi. Nama Betawi sendiri berasal dari kata Batavia yang berarti kejayaan. Namun pengucapannya disesuaikan dengan lidah masyarakat lokal sehingga menjadi batawi lalu Betawi. Keturunan etnis Betawi banyak yang bermukim di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi).
Secara biologis, kelompok masyarakat Betawi berasal dari perpaduan etnis Sunda, Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Makassar, Tionghoa, Arab, Ambon, dan India. Mereka bermigrasi ke Batavia lalu menetap, berkeluarga dan melahirkan keturunan.
Namun jika dipelajari lebih
mendalam, ternyata tradisi, budaya, kesenian, dan kuliner justru Betawi lebih banyak
terinspirasi dari Melayu, Islam, dan Tionghoa.
Pakaian adat merupakan identitas
bangsa yang menyimpan makan dan nilai filosofi tersendiri. Berikut jenis-jenis
pakaian adat Betawi dan keunikannya:
1.
Kebaya Encim atau Kerancang
Bisa dibilang kebaya Encim atau kerancang adalah pakaian adat Betawi yang paling terkenal. Ciri khas kebaya encim terletak pada desain bagian depannya yang mengerucut dengan variasi warna cerah dan cederung mencolok. Baju atasan ini dipadukan dengan bawahan kain sarung bermotif batik tumpal, selendang dan kerudung.
Sumber:https://sintesakonveksi.com/
Secara harfiah, kebaya encim bermakna keindahan, kedewasaan, kecantikan, serta keceriaan. Busana ini juga dipercaya sebagai petunjuk dari para leluhur untuk selalu menaati aturan.
Baca Juga:
Mengenal Batik Betawi
Saat budaya Eropa masih berpengaruh kuat di Batavia
(atau Jakarta), kebaya kerancang dibuat dari kain lace atau
brokat. Kemudian penduduk lokal menambahkan detail bordir sebagai aksen hias.
2.
Pangsi Betawi
Jaman dulu, baju pangsi umum dipakai oleh para jawara yang menunjukkan bahwa sejatinya mereka adalah pejuang. Satu set pakaian terdiri dari baju tikim dan celana pangsi.
Sumber: https://bekasi.pojoksatu.id/
Umumnya pangsi Betawi hanya mempunyai 3 warna yaitu putih,
hitam dan merah. Masing-masing warna juga punya makna.
Pangsi warna putih atau krem biasanya dipakai seorang ahli pencak silat yang juga pemuka agama. Warna hitam menggambarkan sosok penjahat. Sendangkan baju pangsi merah dikenakan oleh seseorang dengan kemampuan silat dan ilmu agama tingkat tinggi, sehingga kemampuannya tidak diragukan lagi.
3. Pakaian Sadaria
Sumber: https://www.harapanrakyat.com/
Berikutnya ada baju sadaria, sadariah atau sadarie yang
tak lain adalah pasangan untuk kebaya Encim. Desain Sadaria sangat mirip baju
koko, lengannya panjang berwarna putih dan model kerah shanghai (kerah
tertutup).
Pria Betawi memadukan busana sadariah dengan celana bahan
berwarna gelap atau celana bermotif batik parang atau lereng. Tak ada makna khusus
selain menunjukkan bahwa pemakainnya memiliki sifat rendah hati, dinamis, lemah
lembut dan berwibawa.
4. Dandanan Care Haji (Busana pengantin pria)
Sumber: https://bp-guide.id/
Pakaian khas yang digunakan oleh mempelai pria dalam
adat Betawi dinamakan Dandanan Care Haji. Busana ini kental akan nilai-nilai budaya
ketimuran (Arab).
Model baju atasan Care Haji berupa jubah panjang berwarna
merah cabai berhiaskan aksen benang keemasan. Busana tersebut dipadukan dengan celana
panjang, selendang dan penutup kepala mirip sorban.
5.
Dandanan Care None (Busana Pengantin perempuan)
Dalam pernikahan adat Betawi, mempelai wanita memakai Dandanan Care None yang kental dengan budaya Tionghoa. Sehingga busana ini disebut juga Care None Pengantin Cine.
Sumber: https://www.senibudayabetawi.com/
Terdiri dari gaun panjang warna-warni dan hiasan
kepala berbentuk turban yang dilengkapi payet berwarna emas atau silver.
Sisi kiri depan disematkan pita bunga melati yang
menjuntai hingga ke bahu. Seperti busana-busana pengantin pada umumnya,
dandanan Care None terdiri dari atasan, bawahan, mahkota serta perhiasan.
6.
Kopiah, Ikat Pinggang dan Sarung
Dalam kesehariannya, pria Betawi kuno selalu memakai
kopiah dan ikat pinggang khusus guna memperkuat kesan “Betawi”nya. Biasanya peci
atau kopiah Betawi dibuat dari bahan dasar kain beludru warna merah atau hitam.
Di pinggang mereka terpasang ikat pinggang unik.
Ukurannya lebih lebar dibanding sabuk yang basa dijual di pasaran. Sehelai kain
sarung yang terlipat rapi turut menghiasi bagian leher pria Betawi sebagai
pelengkap baju pangsi. Fungsi sarung ini pun beragam, bisa untuk sajadah, perlengkapan
sholat hingga senjata ketika duel.
7.
Busana Bangsawan Ujung Serong
Disebut ujung serong karena kain yang dipadang di dalam jas sengaja diperlihatkan dan posisinya menyerong mirip gaya lelaki Melayu. Rangkaian busana ini terdiri dari kemeja putih, kain batik, jas berwarna gelap, dan celana yang serupa dengan jas.
Sesuai namanya, dahulu pakaian adat betawi satu hanya diperuntukkan
bagi laki-laki bangsawan atau kaum demang. Khususnya pada kesempatan-kesempatan
formal seperti pernikahan, rapat dan acara pemerintahan.
Seiring berjalannya
waktu, busana Ujung Serong mulai kerap dipakai oleh Pegawai Negeri Sipil di
Provinsi DKI Jakarta pada saat-saat tertentu.
Demikian ulasan tentang tujuh busana
adat Suku Betawi. Sangat disayangkan karena pemakai busana adat Betawi tak lagi
seramai dulu. Banyaknya pendatang yang menetap di Jakarta, membuat suku Betawi sebagai
kaum minoritas. Budaya-budaya Betawi pun mulai ditinggalkan.
Demi menjaga kelestarian budaya Betawi,
pemkot membangun cagar budaya yang berlokasi di Situ Babakan. Selain itu, tiap
tanggal 22 Juni yang bertepatan dengan HUT Jakarta ada Pekan Raya Jakarta yang
menampilkan ragam budaya Jakarta, termasuk pakaian adat Betawi. Nah, jika
Sahabat Bahankain ingin melihat langsung keunikan budaya Suku Betawi tunggu
tanggal 22 Juni ya.