Tahukah kamu kenapa satuan brimob
ataupun tentara nasional Indonesia identik dengan seragam doreng? Tak hanya TNI,
tapi hampir semua tentara di seluruh dunia menggunakan satu set seragam bermotif
loreng atau doreng. Padahal tentara juga punya warna seragam lain seperti hitam,
hijau dan cokelat polos yang digunakan pada saat-saat tertentu.
Terlepas dari hal itu, ternyata warna
loreng atau corak abstrak pada seragam tentara memiliki fungsi tersendiri lho. Berikut
ulasannya:
Dalam dunia kemiliteran seragam menjadi salah satu ciri dan identitas seorang tentara. Bagitu pula seragam loreng Tentara Nasional Indonesia yang terdiri dari kombinasi warna hijau, hitam, coklat tua dan dilengkapi baret merah.
Seragam prajurit Baret Merah ini
ternyata mempunyai fungsi khusus yaitu sebagai upaya kamuflase atau penyamaran diri
selama bertarung di medan tempur. Guna memaksimalkan penyamaran, anggota TNI membawa
berbagai perlengkapan perang yang juga diwarnai motif loreng agar lebih
‘menyatu’ dengan alam.
Dengan seragam loreng, keberadaan
mereka akan sulit terdeteksi oleh musuh sehingga risiko terkena tembakan dalam pertempuran pun berkurang. Hal itu diperkuat dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Angkatan Darat AS, dimana manusia membutuhkan waktu kurang
lebih 30 detik untuk mengidentifikasi objek yang berkamuflase.
Dalam kemiliteran, kamuflase adalah
bagian dari teknik survival atau kemampuan untuk bertahan hidup. Karena pada
dasarnya, manusia telah memiliki kesadaran berkamuflase untuk mempertahankan
hidupnya. Seperti kisah pemburu asal Amerika yang dikutip dari sebuah artikel berjudul
‘The Art and Science of Military Camouflage‘ karya Caitlin Hu.
Diceritakan bahwa pemburu
tersebut mengenakan kulit kerbau saat mendekati buruan mereka. Kapal-kapal
disamarkan dengan warna lilin biru laut pada masa Julius Caesar dan dicat kabut
abu-abu selama Perang Sipil AS.
Sejarah mencatat bahwa baju loreng mulai digunakan oleh beberapa unit militer dalam Perang Dunia I pada abad ke-18. Sebelumnya, satuan tentara menggunakan seragam berwarna mencolok karena dianggap dapat menakuti musuh. Hingga akhirnya pasukan tentara dunia mulai mengadopsi taktik kamuflase pada abad ke-19.
Konon, pasukan yang pertama kali mengadopsi seragam berwarna loreng adalah Resimen Senapan ke-95 dan Resimen Senapan ke-60. Dimana pakaian itu dikenakan saat Perang Napoleon guna memperkuat garis pertempuran tentara Inggris. Bersenjatakan Rifles Baker, mereka memperluas area pertempuran mengenakan jaket berwarna hijau. Berbeda dengan resimen lain yang memakai jubah merah tua.
Memasuki
ke abad 20 saat prajurit Amerika Serikat memakai seragam loreng tidak mudah
terdeteksi musuh. Sehingga resiko menjadi sasaran tembakan selama pertempuran bisa
diminimalisir sebisa mungkin.
Untuk memaksimalkan fungsinya
sebagai sarana kamuflase, motif
loreng pada seragam militer terus dikembangkan. Variasi warnanya dibuat sesuai kondisi
medan di masing-masing negara.
Tahun 2009, Vectorworldmap.com membuat peta negara yang memberikan
gambaran mengenai jenis-jenis lingkungan dari setiap negara serta pola
kamuflase para angkatan bersenjatanya. Beberapa diantaranya yaitu:
·
Tentara Nasional
Indonesia menggunakan pola M81
Woodland yaitu kombinasi warna hijau, cokelat muda dan cokelat tua.
·
Pasukan tentara di Timur Tengah memilih motif loreng
kombinasi warna coklat muda.
·
Negara-negara
bergurun seperti Mesir dan Arab Saudi memakai baju coklat dan abu-abu.
·
Sementara negara-negara hutan sub-Sahara yang subur
memiliki warna hijau tua
Kini penggunaan warna loreng tak hanya sebatas pada keperluan militer tetapi juga item-item fashion seperti jaket, kaos dan pakaian olahraga. Style army look membuatmu terlihat lebih berani.
Nah, jika Sahabat Bahankain sedang mencari supplier kain bermotif doreng, Bahankaincom bisa menjadi alternatif terbaik. Kami punya koleksi Kain Ripstop Doreng yang terbuat dari material TR (Tetoron Rayon). Untuk lebih detailnya, silahkan cek Kategori Produk kami.