Laweyan dikenal
sebagai sentra penghasil batik tulis warna alami yang ada di Kota Solo. Wilayah
yang diberi nama Kampung Batik Laweyan terletak di Jl. Dr. Rajiman No.521,
Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Kawasan yang menjadi pusat produksi
sekaligus cagar budaya ini memegang peran penting dalam sejarah perkembangan
seni batik di Solo.
Kampung Laweyan menjadi
pusat produksi batik yang sangat dihargai, terkenal dengan keindahan serta kehalusan
kainnya. Pengrajin batik mempertahankan kualitas serta tradisi mereka dari
generasi ke generasi, menjadikan Laweyan sebagai pusat batik yang terkenal
hingga saat ini.
Konon pembuatan kain batik di laweyan sudah ada sejak masa pemerintahan keraton Pajang, tepatnya pada abad ke 14 Masehi. Penemuan teknik batik cap 1900an melahirkan juragan-juragan batik yang melegenda dengan kekayaannya. Sentra industri batik Laweyan mencapai puncak kejayaan pada tahun 1912 berkat dorongan Sarikat Dagang Islam (SDI) yang dipimpin oleh KH Samanhudi.
Sumber: https://surakarta.go.id/
Harga jual batik
cap bisa diterima masyarakat umum karena proses produksinya relatif mudah,
cepat, serta lebih ekonomis. Nama “Tjokrosoemarto” menjadi salah satu pelopor
juragan batik Laweyan yang cukup fenomenal.Beliau dikenal sebagai pemilik industri
batik terbesar di Laweyan dengan jumlah omzet luar biasa. Kesuksesan tersebut
tak lepas dari dukungan oleh para pengrajin batik dari berbagai daerah di pulau
Jawa.
Tjokrosoemarto
juga dikenal sebagai eksportir batik pertama dari Indonesia. Selain itu, ada banyak
pebisnis batik sukses yang meninggalkan jejak berupa bangunan-bangunan rumah
kuno berasitektur Jawa dan Eropa di beberapa sudut Kampoeng Batik Laweyan.
Peninggalan
sejarah kejayaan industri batik itu pun menjadi daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Tak heran jika akademisi serta kru media domestik maupun
internasional sangat antusias berkunjung ke kampong ini.
Pada era 1970an mulai muncul screen sablon sebagai teknik baru dalam pembuatan kain bermotif batik tanpa menggunakan lilin panas sebagai perintang warna. Banyak orang menyebutnya sebagai batik printing, tapi penamaan itu keliru mengingat proses pembuatannya sangat berbeda.
Sumber: https://www.tribunnewswiki.com/
Kontroversi itu
pun menarik perhatian pemerintah sehingga dibuatlah peraturan sebagai bentuk
perlindungan terhadap konsumen. Aturan tersebut mengharuskan para penjual kain
batik untuk memberikan informasi yang benar tentang produk batik tulis, batik
cap dan printing alias kain bermotif batik. Kemunculan produk kain printing batik
yang relatif murah dengan proses pembuatan yang sangat cepat dan mulai menyaingi
pemasaran batik tulis dan batik cap.
Satu persatu industri batik di Laweyan pun mengalami kebangkrutan hingga pada tahun 2000an jumlah industri batik di laweyan hanya menyisakan kurang dari 20 saja.
Kemerosotan
jumlah industri khususnya kain batik di Laweyan membangkitkan semangat tokoh-tokoh
masyarakat dan juragan batik laweyan untuk menghidupkan kembali sektor ini.
Mereka pun berkumpul, bermusyawarah lalu sepakat membuat konsep kawasan wisata
batik melalui organisasi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) yang
dideklarasikan pada tanggal 28 Oktober 2002.
Sejak saat itu,
pebisnis dan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan mulai berbenah diri, mengemas industri
batik maupun non batik dalam konsep pariwisata. Mereka bersinergi dengan pihak Pemerintah,
Perguruan Tinggi, ASITA, PHRI, LSM, dan PT Telkom Indonesia.
Proses
regenerasi tersebut secara bertahap memperlihatkan hasil positif sehingga jumlah
IKM dan UKM Batik Laweyan kini mencapai lebih dari 80 pengusaha. Kualitas kain
batik pun terus ditingkatkan melalui kerja sama dengan pihak Pemerintah,
Perguruan Tinggi dan LSM. Salah satunya mengikuti program Standar Nasional
Indonesia (SNI) guna memperkuat brand batik Laweyan.
Laweyan diresmikan
sebagai kampung batik pada 25 September 20 oleh Pemerintah Kota Solo 04. Bangkitnya
sentra batik ini membuat para pengusaha batik yang telah lama vakum pun kembali
berproduksi. Hingga kini, Laweyan masih menyandang status ‘kampung batik tertua’
di Indonesia yang terus berkembang menjadi objek wisata belanja dan sejarah.
Destinasi wisata yang paling khas dan menarik dari Kampung Batik Laweyan di Solo adalah pembuatan batik. Ilmu pembuatan batik yang dulunya jadi 'rahasia' eksklusif para juragan batik, kini bebas diakses oleh wisatawan, akademisi, siswa sekolah, komunitas dan masyarakat pada umumnya.\
Sumber: https://www.youtube.com/
Pengunjung bisa
belajar membatik secara langsung di lokasi-lokasi berlatar belakang artistik. Beberapa
penguasaha juga menyediakan paket kursus batik bagi wisatawan. Istimewanya,
disini masing-masing peserta kursus boleh membawa pulang hasil karya mereka.
Kampung Batik
Laweyan juga menyediakan showroom
batik dengan nuansa tradisional maupun modern produk kerajinan di sepanjang
Jalan Sidoluhur maupun gang-gang. Aneka kerajinan tangan dan corak kain batik
dijual sesuai kualitas atau dengan harga cukup bersahabat. Bahkan pengunjung
dapat memesan produk sesuai model atau bahan yang diinginkan dan selesai pada
hari itu pula.
Keberadaan struktur
desain bangunan yang masih kuno berhiaskan aksen-aksen unik membuat visual
Kampung Batik Laweyan makin menarik. Banyak spot foto yang indah dan
instagramable.