Cara berbusana bisa menunjukkan kepribadian seseorang, seperti ungkapan “You are What You Wear”. Banyak orang mungkin merasa kurang setuju akan penyataan satu ini. Padahal ada ilmu yang secara khusus mempelajari hal itu yaitu psikologi fashion.
Psikologi fashion adalah sebuah kajian tentang bagaimana pemilihan busana bisa mempengaruhi emosi, harga diri dan identitas seseorang. Dalam dunia pendidikan, ilmu ini termasuk cabang psikologi terapan yang secara khusus menggunakan teori serta prinsip berbeda untuk menganalisis dan mengeksplorasi hubungan antara busana dan perilaku manusia. Bagaimana alternatif fashion bisa dipengaruhi oleh beragam faktor seperti perbedaan karakter, budaya, norma sosial serta nilai-nilai.
Sumber: https://www.onlinepsychologydegree.info/
Dengan memahami konsep psikologi
fesyen berarti kamu sudah memahami konsep ‘you
are what you wear’. Para psikolog mode menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya untuk memberi saran pada individu, organisasi, serta industri
mode tentang berbagai permasalah. Contohnya yaitu perilaku konsumen, keberlanjutan, strategi pemasaran, maupun gaya.
Namun sangat disayangkan saat
keinginan untuk tampil fashionable tersebut justru mendorong perkembangan fast
fashion. Dan pada akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan,
eksploitasi sumber daya alam serta emisi gas rumah kaca.
Aspek Psikologi Dari Fashion
Konsep ‘enclothed cognition’ yang dikemukakan oleh peneliti Hajo Adam dan
Adam D. Galinsky menyarankan bahwa pakaian dapat mempengaruhi proses kognitif.
Dimana hal tersebut akan memberi berdampak besar pada cara berpikir dan
berperilaku seseorang.
Sudah menjadi rahasia umum kalau pakaian
dapat mempengaruhi banyak aspek seperti kepercayaan diri, sifat, suasana hati, hingga
kesejahteraan mental secara keseluruhan. Berikut penjelasan lengkapnya:
1.
Ekspresi Diri
Pemilihan
pakaian yang paling khas dipercaya sebagai perwujudan kepribadian dan sifat
pribadi. Ketika seseorang cenderung menggunakan warna, gaya, atau item dari
merek tertentu, berarti dia memberikan sinyal tentang siapa dirinya pribadi dan
bagaimana seharusnya dia dipandang.
Contohnya,
memakai baju berwarna cerah bisa menunjukkan sikap positif dan percaya diri
yang tinggi. Sementara warna-warna lembut lebih mencerminkan relaksasi dan kebahagiaan
tersendiri.
2.
Kepercayaan Diri
Mengenakan outfit-outfit
yang membuat kita merasa nyaman tentu akan meningkatkan kepercayaan diri. Ketika
merasa sangat santai dan bahagia dengan apa yang kenakan, kemungkinan besar
akan terlihat menonjol di antara orang lain, dan menunjukkan lebih banyak
kepercayaan diri, dan bahkan menjalani hari dengan pola pikir dan sikap
positif.
3.
Keterhubungan Emosional
Pakaian menyimpan
sejumlah nilai sentimental yang terkadang bisa mengingatkan kita akan kenangan indah
bersama orang-orang yang pernah menjalin hubungan dekat dengan kita. Memakai
outfit seperti ini seringkali membangkitkan emosi positif dan juga menjadi
sumber relaksasi saat menjalani masa-masa sulit.
4.
Komunikasi Non-verbal
Busana bisa
berfungsi sebagai media komunikasi non-verbal yang mengekspresikan identitas
dan menyampaikan pesan-pesan sosial. Keputusan dalam berpakaian dapat
memengaruhi persepsi serta cara orang lain menganalisis diri seseorang. Pakaian
yang sesuai citra diri dan gaya pribadi seseorang dapat meningkatkan konsep
positif sekaligus harga diri.
Pengaruh Psikologis Warna Dalam Fashion
Banyak penelitian menunjukkan bahwa psikologis warna dalam fashion merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Pemilihan warna dapat membangkitkan emosi dan suasana hati tertentu. Misalnya, warna hangat seperti merah dan kuning seringkali dihubungkan dengan energy. Sedangkan warna-warna sejuk seperti biru dan hijau lebih menggambarkan ketenangan serta ketentraman.
Pada dasarnya memahami aspek
psikologi warna membuat individu cenderung memilih alternatif di lemari pakaian
untuk membantu kesejahteraan mental mereka. Gambaran industri fesyen
mengenai tingkat kecantikan akan sangat memengaruhi harga diri dan citra tubuh
seseorang.
Antara Kenyamanan Fisik dan Kesehatan Mental
Kenyamanan fisik dan kesejahteraan
psikologis memiliki ikatan yang sangat besar sehingga dapat mengembangkan
hubungan simbiosis yang melampaui kepuasan materi. Ketika sebuah pakaian
diproduksi untuk memberi keselesaan, rasa nyaman akan menyelimuti rutinitas harian
mereka. Sebab, badan yang nyaman merupakan salah satu landasan dalam
memperkuat kedamaian jiwa.
Bebas dari pakaian yang sesak
atau menimbulkan iritasi akan mengurangi kemungkinan terpuntirnya susunan OOTD
seseorang. Oleh karena itu, manusia bisa memanfaatkan energy mereka untuk melakukan
aktifitas-aktivitas menyenangkan. Intinya, ketepatan antara tubuh dan
pakaian dapat menumbuhkan citra positif yang memotivasi kepercayaan diri.
Kekuatan Penyembuhan Dari Fashion
Busana menjadi aspek penting di bidang
“terapi fashion”, yaitu sebuah metode yang hanya melibatkan penggunaan pakaian
dan gaya pribadi sebagai langkah penemuan jati diri, pemberdayaan, penyembuhan,
dan berbagai permasalahan diri.
Kolaborasi terapis Fashion dapat
memberi wawasan pada orang-orang tentang pengenalan sekaligus identifikasi
tantangan pribadi serta menciptakan hubungan positif dengan citra diri. Namun,
perlu diketahui jika pengaruh pakaian terhadap kesejahteraan mental dan dapat
berubah dari orang ke orang.
Pada akhirnya, psikologi mode
membuka hubungan mendetail antara pakaian dan kesejahteraan mental. Ia juga menyoroti
dampak pilihan pakaian terhadap persepsi diri, kepercayaan diri, dan keadaan emosional. Bagaimana
mode menjadi sebuah fenomena yang tak hanya melampaui estetika berpakaian di
tingkat permukaan, namun juga mendalami dunia ekspresi diri, perspektif
masyarakat, serta identitas.