Pemanfaatan bulu hewan sebagai
bahan pakaian musim dingin sudah berlangsung sejak berabad-abad lamanya. Meski
beberapa hewan sudah dibudidayakan khusus untuk diambil kulit bulunya, tapi
fashion bulu tetap mengundang banyak kontroversi. Salah satunya dikarenakan
maraknya perburuan liar yang membuat populasi hewan kian menipis bahkan beberapa
spesies hingga mengalami kepunahan. Hal itulah yang kemudian memunculkan
gagasan untuk menciptakan bulu tiruan alias faux
fur.
Faux fur atau yang lebih dikenal dengan sebutan bulu palsu adalah
kain bertumpuk yang dibuat sedemikian rupa agar memiliki tampilan serta
kehangatan layaknya bulu hewan asli. Umumnya dibuat dari material sintetis
seperti polyester, nilon atau akrilik sehingga kuat dan mampu bertahan lama.
Yuk, mengenal lebih dekat tentang faux
fur!
Fake fur pertama kali dibuat dari rambut alpaka Amerika Selatan dan diperkenalkan pada tahun 1929. Kualitasnya kian baik berkat kemajuan manufaktur tekstil yang begitu sifnifikan hingga akhirnya pada pertengahan tahun 1950-an, bulu palsu alpaka mulai diganti dengan polimer akrilik. Revolusi tersebut merupakan titik awal terciptanya bulu sintetis yang dikenal saat ini.
Sumber: https://www.thespruce.com/
Dukungan akan hak-hak dan kesejahteraan
hewan berhasil meningkatkan popularitas bulu palsu sebagai alternatif bahan
busana. Bulu palsu pun mulai menggantikan semua aplikasi produk yang
menggunakan bulu asli. Termasuk dalam pembuatan boneka, kombinasi fesyen, aksesoris,
selimut, bantal, hingga tempat tidur.
Proyek kerajinan bulu hewan pun
mulai beralih ke faux fur sebab lebih kuat dan bisa
dijahit dengan mesin jahit standar. Tak seperti bulu asli yang
karakternya jauh lebih tebal sehingga memerlukan penjahitan tangan atau penusuk
khusus. Topi dan jaket dari bulu palsu pun telah menyasar toko-toko
pakaian di Amerika. Ralph Lauren turut mempromosikan penggunaan bulu palsu
dalam koleksi musim dingin mereka.
Perkembangan teknologi memfasilitasi
produksi bulu palsu sejak awal abad ke-20 dimana munculnya teknik penjahitan
dan pewarnaan baru untuk "menduplikat" bulu asli. Satu diantaranya
adalah modacrylic, alternatif 'bulu' berkualitas tinggi yang tampilannya hampir
menyerupai bulu asli. Teknik produksi faux fur turut dimodifikasi dengan
penggabungan serat kasar dan halus untuk meniru bulu cerpelai atau
berang-berang.
Dari sisi produsen fashion, bulu palsu adalah jenis kain yang relatif mudah untuk dijahit. Sifat sintetis dari faux fur menghilangkan kebutuhan akan penyimpanan dingin dan tidak mudah dihinggapi ngengat seperti pada bulu asli. Produk fake fur sebaiknya disimpan pada tas atau wadah pakaian yang bebas kelembapan, panas, dan sinar matahari agar kualitasnya tetap terjaga.
Sumber: https://www.independent.ie/
Cara paling mudah untuk
mengetahui apakah sebuah produk terbuat dari bulu asli ataukah palsu adalah
memeriksa labelnya. Selain itu, berikut beberapa aspek yang bisa kamu gunakan
sebagai acuan untuk membedakan bulu hewan asli dan bulu palsu:
1.
Handfeel
Bulu binatang asli biasanya punya sensasi (handfeel) sangat lembut saat disentuh
dan melewati sela jari dengan mudah. Sedangkan bulu palsu cenderung lebih kasar,
kesat dan cenderung lebih mudah ‘nyangkut’ atau menempel di permukaan kulit. Tapi
perlu diingat juga bahwa cara ini kadang kurang akurat karena mulai banyak bulu
palsu yang karakter serta penampilannya jauh lebih “asli”.
2.
Perhatikan pangkal rambut
Keaslian bulu juga bisa kamu cek dengan melihat
pangkal rambut atau bagian belakang tempat melekatnya bulu. Faux fur alias bulu palsu umumnya menempel
pada alas kain sehingga mudah diamati. Sementara bulu asli akan menempel kuat pada
genuine leather alias kulit asli yang
disamak (kulit tipis).
Meski terkesan mudah tapi faktanya terkadang sulit membedakan
mana bulu asli dan bulu tiruan hanya dengan melihat bagian dasarnya saja.
Terlebih jika bulu imitasi tersebut memang berkualitas tinggi.
3.
Cek tip rambut
Periksa ujung rambut untuk membantu membedakan
keduanya. Bentuk bulu asli itu tak jauh berbeda dengan rambut yang meruncing
sampai titik tertentu. Beda dengan bulu palsu yang cenderung memiliki ujung tumpul
dan tak terduga
4. Tusukkan peniti
Berikutnya, coba tusukkan peniti atau jarum pentul
melewati bulu dan lapisannya. Jika bagian bawahnya mudah ditembus berarti itu adalah
bulu palsu karena peniti meluncur melalui alas. Begitupun sebaliknya, kalau
ternyata jarum tersebut sulit untuk menembus lapisan atau benar-benar menolaknya,
maka kemungkinan besar itu adalah bulu asli.
5.
Uji pembakaran
Cara paling akurat menguji keaslian produk bulu adalah
dengan uji bakar. Caranya dengan mencabut 2-3 helai bulu pakain lalu tempatkan
di permukaan benda tahan api (piring keramik). Setelah itu bakarlah untaiannya
menggunakan korek api.
Bulu asli akan hangus dan mengeluarkan aroma seperti rambut
terbakar. Sementara bulu palsu akan meleleh seperti plastik dibakar meleleh dan
membentuk bola-bola keras seperti plastik. Terkadang bulu palsu jika mengeluarkan
bau mirip kertas terbakar dan menyisakan abu halus. Artinya bulu tersebut
dibuat dari material katun, linen, atau rayon.
Seiring perkembangan teknologi industri
faux fur yang kian mutakhir, makin sulit membedakan keduanya. Hal tersebut
sangat bagus untuk mendukung gerakan ramah hewan dan menghindari kekejaman
terhadap binatang namun tetap menampilkan gaya serta keanggunan aksesori
“bulu”. Yuk, lebih mencintai hewan!