Diagram warna atau colour wheel adalah elemen penting dalam
ranah seni dan desain, termasuk dunia fashion. Dimana setiap kombinasinya bisa mempengaruhi
look dan keseluruhan penampilan
seseorang. Pemahanam akan prinsip dasar teori warna pun sangat penting untuk
menghasilkan sebuah OOTD yang matching.
Ada beberapa panduan untuk menggabungkan
mode berdasarkan diagram warna. Seperti halnya warna analog, komplementer, triadik,
tetradik, monokromatik dan warna netral.
Tiga kombinasi pertama (analog,
komplementer, dan triadik) bisa kamu sandingkan bersama warna putih, abu-abu,
atau hitam. Sebab warna-warna tersebut dianggap sebagai warna netral bukan
warna tambahan. Sedangkan, dua warna lainnya yakni tonal dan monokromatik
kurang direkomendasikan dicampur dengan warna netral.
Color wheel atau roda warna adalah representasi visual yang menampilkan organisasi atau hubungan antar warna. Roda ini mempermudah desainer untuk menciptakan palet warna yang harmonis untuk koleksi busana mereka. Teori warna menjadi sumber inspirasi dalam memadukan item pakaian dengan baik untuk menonjolkan bentuk tubuh serta ekspresi diri.
Roda warna sudah menjadi dasar kreasi
desain oleh para seniman sejak zaman dulu. Seperti halnya warna merah, kuning,
dan biru dan warna sekunder oranye, hijau, dan ungu. Secara visual color
wheel juga mewakili warna-warna yang disusun menurut hubungan
kromatiknya.
Berikut tingkatan dan
karakteristik color wheel dalam Teori Warna yang wajib dipahami oleh
para Perancanga Busana:
1.
Primary colour
Warna primer alias primary color adalah warna dasar yang
tidak bisa dibuat dengan cara menggabungkan warna lain. Primary colour terdiri dari warna merah, biru, dan kuning. Digunakan
sebagai landasan color wheel dan bisa menciptakan semua warna lewat
mekanisme pencampuran. Sangat penting untuk dapat bekerja secara efektif dengan
warna dalam berbagai upaya artistik dan desain.
2.
Secondary color
Berikutnya ada warna sekunder yang diperoleh dari
pencampuran dua warna primer. Misalnya, kombinasi merah dan kuning menghasilkan
oranye, campuran biru dan kuning menciptakan warna hijau, sedangkan kombinasi
warna merah dan biru akan membentuk warna ungu.
3.
Tertiary color
Terakhir ada warna tersier yang merupakan hasil dari
memadukan warna primer dan sekunder. Sehingga terbentuklah sekumpulan warna
turunan ketiga yang disebut tertiary color.
Setelah mempelajari teori warna, kamu juga akan belajar mengenai skema warna. Yaitu perancangan busana yang mengacu pada kombinasi warna dan dikurasi secara cermat. Digunakan untuk menciptakan keseluruhan tampilan yang harmonis dan menarik pada koleksi busana maupun aksesori.
Menurut teori warna, ada berbagai
jenis skema warna yang kerap digunakan dalam desain warna. Beberapa contohnya
yaitu:
1.
Monochromatic
Monokromatik adalah gaya padu padan menggunakan satu
warna dengan berbagai gradien atau intensitas berbeda. Warna ini menciptakan
kesan seragam namun tetap menarik karena menggunakan variasi dalam satu palet
warna.
Contoh yang sering digunakan adalah gaya padu padan
dengan berbagai nuansa warna biru, mulai dari biru muda hingga biru tua.
Warna monokromatik adalah pilihan yang aman, karena
menggunakan satu warna dari atas ke bawah. Beberapa warna yang lebih mudah
dipadu padankan dalam tampilan monokromatik adalah hitam, putih, atau krem.
2.
Complementary color
Complementary color merupakan dua warna yang letaknya
saling berseberangan pada color wheel, namun tetap cocok dipadupadankan. Lebih
dari sekedar warna dasar yang berlawanan pada color wheel, complementary color
juga digunakan dalam desain busana.
Tingkat
kontras warna pada skema complementary color adalah yang tertinggi sehingga
penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati. Oleh sebab itu, lebih baik
gunakan satu warna sebagai fokus utama lalu jadikan warna lain sebagai aksen.
3.
Split complementary
Split-complementary menggunakan satu primary color dan
dua secondary color. Ini menggunakan dua warna yang disusun secara simetris di
sekelilingnya pada color wheel dan bukan complementary color.
Berbeda dengan skema warna analog atau monokromatik,
semua warna split-complementary terpisah menghasilkan kontras, sehingga lebih
sulit untuk diseimbangkan karena kemiripannya dengan skema warna komplementer.
4.
Tetradic Color
Tetradic color adalah skema warna yang memiliki jarak sama
antar warnanya merupakan variasi unik dari skema dua warna. Tidak ada satu
warna pun yang mendominasi karena keempat warna tersebut tersebar secara merata
di seluruh roda warna.
Ambil empat warna (misalnya, oranye, kuning, biru, dan
ungu) yang merupakan dua set pasangan yang saling melengkapi, dan pilih satu
sebagai warna yang mendominasi. Desain warna yang menarik akan tercipta dari
kombinasi tersebut. Perhatikan bagaimana warna hangat dan sejuk digunakan
bersamaan.
5.
Analogues Hues
Satu warna dominan dipasangkan dengan dua warna yang
berdekatan pada color wheel untuk menciptakan skema analogues hues. Sebagai
alternatif, jika kamu ingin menggunakan skema lima warna dan bukan hanya tiga
warna, kamu dapat menambahkan dua warna lagi.
Merah, oranye, dan kuning, misalnya, saling berdekatan pada
Color Wheel. Warna dominan, warna pendukung, dan warna aksen digunakan saat
merancang skema analogues hues. Dalam bisnis, skema warna yang sebanding tidak
hanya menarik untuk dilihat, namun juga berhasil mengarahkan pelanggan ke
lokasi dan tindakan.
Itu lah teori warna yang harus
kamu pahami saat hendak terjun ke ranah fashion. Kamu juga bisa menggunakannya
sebagai referensi saat memilih outfit harian, lho. Semoga bermanfaat ya!