Jepang menawarkan pola fashion yang sangat dinamis, variatif, dan berkarakter. Selain style fashion Harajuku, negara asal anime ini juga memiliki ragam busana adat yang tak kalah menarik. Diantara pakaian yang
paling terkenal dan selalu diidentikkan dengan wanita dari Negeri Matahari
Terbit ialah kimono. Ya, hampir semua orang pasti tahu kalau baju adat Jepang
adalah kimono.
Seperti halnya baju adat
Indonesia, rangkaian busana adat Jepang juga mencerminkan nilai budaya, sejarah
dan ciri khas mereka. Jenisnya pun beragam. Tapi karena tampilannya hampir-hampir
mirip, tak sedikit yang menyangka bahwa semua pakaian adat Jepang adalah
kimono. Padahal, sebenarnya masing-masing busana tersebut mempunyai sebutan dan kegunaan
tersendiri, lho.
Penasaran? Yuk, simak ragam
busana adat Jepang berikut ini!
Meskipun masyarakat Jepang sudah jarang memakainya dalam kehidupan sehari-hari, tapi kimono serta pakaian tradisional lain masih kerap digunakan dalam perayaan atau momen-momen tertentu. Keunikan desain dan pola busana adat Jepang juga menjadi sebuah daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Jepang.
Nah, buat kamu yang punya agenda
liburan ke Jepang, simak referensi busana ada Jepang berikut ini ya:
1.
Kimono
Hampir semua orang pasti tau dan mengenal baju Kimono. Yaps, kimono adalah busana tradisional Jepang yang paling terkenal di seluruh penjuru dunia.
Sumber: https://www.istockphoto.com/
Istilah “kimono” berasal dari kata “kiru” yang
berarti memakai dan “mono” artinya barang atau benda. Bentuknya seperti huruf
"T", berlengan panjang dan longgar serta memiliki kerah collar.
Panjang kimono hingga menyentuh pergelangan kaki. Dibuat dari bahan-bahan premium
seperti sutra atau katun tebal.
Kimono untuk wanita berupa baju terusan panjang, sedangkan
kimono pria terdiri dari atasan dan bawahan (setelan potongan). Kimono khusus
wanita dilengkapi kain pelapis di bagian dalam yang disebut nagajuban dan kerah tambahan bernama date eri. Hal itu
membuat pemakainya terlihat mengenakan dua lapis busana.
Terdapat aturan khusus dimana saat memakai kimono, kerah
bagian kanan harus berada di bawah kerah kiri. Dan mengingat pola potongannya
yang besar, kimono harus dikencangkan menggunakan sabuk kain bernama obi. Obi dililitkan di bagian perut atau pinggang
lalu diikat di sisi belakang.
2. Yukata
Sumber: https://travel.detik.com/
Berikutnya ada Yukata, busana adat Jepang yang tak
kalah populer dari kimono. Yukata memiliki desain lebih sederhana dan dibuat
dari bahan katun tipis, tanpa lapisan tambahan di bagian dalam. Kesannya
cenderung kasual, sehingga cocok digunakan saat musim panas, menghadiri festival
atau pergi ke pemandian air panas yang disebut onsen.
Pola yukata memang terbilang sederhana, tapi
tampilannya tetap elegan dan memberi kesan anggun. Di
awal perkembangannya, pakaian tradisional masyarakat Jepang ini hanya ada tersedia
warna putih dan biru tua. Namun saat ini, corak dan warna yukata makin variatif.
3.
Haori dan Hakama
Saat dipakai bersama, haori dan hakama menjadi setelan pakaian formal pria saat pernikahan, upacara kedewasaan serta momen penting lain. Haori adalah model busana atasan yang digunakan sebagai luaran kimono. Bentuknya seperti jaket, berpotongan lebar di bagian bawah dan lengan. Haori seringkali dihiasi motif indah yang membuatnya terlihat menarik.
Sumber: https://we-xpats.com/
Dahulu, haori dijadikan sebagai penanda status sosial
dan hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan dan samurai. Ciri khasnya berupa “mon”
atau lambang keluarga di bagian punggung sebelah kanan.
Sedangkan hakama adalah bawahan berpotongan lebar
menyerupai rok yang dikenakan bersama kimono. Awalnya, hakama hanya dipakai
oleh pria samurai dan orang-orang yang berpartisipasi dalam ritual Shinto. Atau
orang yang bekerja di kuil, ahli kendo (ilmu pedang Jepang), kyudo (panahan
Jepang), dan seni bela diri lain.
4.
Jinbei
Jinbei merupakan setelah busana adat Jepang yang
terkenal nyaman digunakan ketika musim panas tiba. Pakaian ini terdiri dari celana
pendek dan atasan kimono longgar dilengkapi kancing atau tali pengikat di
depan. Meski lebih santai dari kimono atau baju adat lain, jinbei masih
memegang unsur desain serta gaya tradisional Jepang.
Dulunya, para pekerja di bidang pertanian dan nelayan mengenakan
jinbei sebagai baju sehari-hari. Hingga menjadi populer di lingkungan masyarakat
umum karena potongannya yang simpel namun tetap elegan.
5.
Samue
Pakaian tradisional satu ini digunakan oleh biksu
maupun orang awam untuk melakukan aktivitas keagamaan, meditasi dan tugas
sehari-hari. Samue terdiri atas celana panjang dan atasan kimono sederhana yang
dibuat dari bahan katun tebal. Kepraktisan samue dan motif tradisional seperti garis
vertikal atau moti bunga-bungaan halus.
Samue pertama kali dipakai oleh biksu Zen pada abad
ke-13 (disebut baju zen). Detailnya mampu memberi kenyamanan, dan fleksibilitas
para biksu selama melakukan tugas spiritual. Para pekerja di kuil Shinto
menggunakan samue untuk menjaga tubuhnya tetap hangat selama musim dingin. Hingga
akhirnya baju ini populer sebagai outfit santai.
6.
Furisode
Versi lain dari kimono adalah furisode, kimono wanita
dengan potongan lengan yang menutupi hampir seluruh tangan. Biasanya dikenakan
oleh wanita muda pada momen-momen penting, seperti upacara pernikahan dan perayaan
ulang tahun yang ke-20 yang disebut seijin no hi. Obi (sabuk) furisode
dililitkan secara rumit dan presisi agar terlihat lebih elegan.
Sejarah mencatat furisode sebagai simbol status sosial,
dimana makin banyak hiasan, makin tinggi kasta sosial mereka. Namun kini, kimono
furisode lebih umum dipakai untuk berbagai kesempatan formal.
7.
Uchikake
Dalam rangkaian busana pengantin wanita Jepang, mereka
memakai busana luaran yang terbuat dari material kain sangat tebal dengan
corak-corak indah seperti burung bangau atau bunga sakura. Biasanya, pengantin
wanita mengenakan kimono tanpa obi sebelum memakai uchikake.
Baju luaran ini juga kerap digunakan para seniman Jepang
dalam pertunjukkan mereka. Fungsinya pun sama, uchikake menjadi mantel untuk
kimono tanpa sabuk atau obi.
Itu dia, jenis-jenis pakaian adat
Jepang yang perlu kamu ketahui. Sebenarnya, masih ada beberapa variasi kimono kalau
ditimbang berdasarkan simbolisme kaum wanita. Ada yang menjadi penanda umur
pemakai, status perkawinan hingga tingkat formalitas acara. Namun, pola dasar
kimono-kimono tersebut kurang lebih hampir sama.