Twisting merupakan salah satu
tahapan penting dalam pengolahan benang stapel. Proses memelintir serat ke arah
tertentu ini bertujuan untuk memperkuat benang dengan rotasi relatif di kedua
ujungnya. Twist benang akan mengikat potongan-potongan serat menjadi satu dan
membantu menjaga serat tersebut pada posisi masing-masing.
Puntiran atau twist adalah proses
pemutaran serat agar saling terkait dan menghasilkan benang yang lebih kuat dan
stabil. Mekanisme ini memberi pengaruh signifikan terhadap karakteristik benang
dan sifat kain. Apa sajakah itu? Simak ulasan berikut ini yuk!
Pengaruh twist terhadap kekuatan benang
Secara teori, kekuatan maksimum benang filament teruji ketika posisi filament sejajar dengan sumbu benang. Twist hanya memberi dukungan pada jenis serat yang lebih lemah guna meningkatkan kekuatan benang.
Berikut pengaruh twist terhadap
karakteristik benang:
1. Kekuatan
Benang:
Dalam pembuatan benang dari serat pendek (stapel), puntiran
(twist) yang diterapkan untuk
mengikat serat sekaligus memberi kekuatan pada benang. Dengan peningkatan
lilitan, gaya lateral yang menahan serat juga meningkat sehingga makin banyak
serat yang berkontribusi terhadap kekuatan benang. Namun ketika lilitan melebihi
batas optimal, sudut serat dari sumbu benang turut bertambah dan mengurangi
kekuatan benang.
Benang dengan
twist rendah cenderung lemah, mudah terurai dan tidak tahan terhadap tarikan.
Begitupun sebaliknya, benang akan memiliki kekuatan yang lebih besar ketika
diproses dengan twist tinggi (high twist) dimana serat-seratnya bisa terikat
erat.
Di sisi lain, pengolahan serat filamen hanya membutuhkan
sedikit puntiran guna menahan serat agar tetap menyatu. Oleh sebab itu, peningkatan
puntiran justru menurunkan kekuatan benang filament. Hal itu dikarenakan sifat dasar
serat filament jauh lebih kuat dibandingkan serat stapel, sehingga hanya memerlukan
sedikit puntiran.
2. Elastisitas
Karena
benang dengan twist rendah memiliki elastisitas yang lebih tinggi karena
serat-seratnya dapat bergerak lebih bebas satu sama lain. Benang dengan twist
tinggi cenderung kurang elastis karena serat-seratnya lebih terkunci satu sama
lain.
3. Tekstur
dan Kekakuan
Benang dengan
twist rendah cenderung lebih lembut dan fleksibel. Benang dengan twist tinggi
lebih kaku dan memiliki tekstur yang lebih kasar. Benang dengan twist rendah
lebih lembut dan fleksibel, sehingga cocok untuk kain yang membutuhkan
kelembutan, seperti pakaian dalam dan pakaian bayi.
Mengingat
ikatannya lebih kuat, benang dengan twist tinggi akan bersifat kaku dan
memiliki tekstur sedikit kasar. Benang ini sering digunakan untuk kain yang
memerlukan kekakuan dan ketahanan, seperti bahan tas atau pelapis furnitur
4. Ketahanan
Terhadap Abrasi:
Benang dengan
twist rendah lebih rentan terhadap abrasi dan cepat aus. Benang dengan twist
tinggi lebih tahan terhadap abrasi dan memiliki umur pakai yang lebih lama.
Benang dengan
twist rendah cenderung menyerap warna dengan lebih baik karena struktur yang
lebih terbuka memungkinkan pewarnaan yang lebih merata.Benang dengan twist
tinggi mungkin memiliki penyerapan warna yang kurang baik karena serat-seratnya
lebih rapat, mengurangi ruang bagi pewarna untuk masuk.
Pengaruh twist terhadap karakteristik kain
Tinggi rendahnya twist benang juga mempengaruhi karakteristik kain yang dihasilkan. Berikut penjelasan rinci tentang bagaimana pengaruh twist terhadap kain:
1. Kestabilan Dimensi
Kain yang
dihasilkan dari benang twist rendah cenderung tidak stabil dan mudah berubah
bentuk ataupun melar. Lain halnya dengan jenis kain yang ditenun menggunakan
benang high twist dimana bentuk dan
dimensinya jauh lebih stabil dan tahan terhadap perubahan bentuk.
2. Hand Feel
Lembaran kain
dari benang twist rendah akan terasa lembut dan nyaman di kulit. Beda dengan
kain bertwist tinggi akan terasa sedikit kasar dan kurang nyaman di kulit,
tetapi tahan lama.
3. Drapability
Kain dengan twist rendah memiliki daya jatuh yang baik,
lebih mengalir dan fleksibel. Sehingga cocok untuk pakaian yang butuh drape
baik seperti gaun dan raok.
Sementara drape
kain dari benang twist tinggi kurang baik, kaku dan mempertahankan bentuk.
Lebih disarankan pada pembuatan busana-busana formal atau tekstil teknis.
4. Penampilan Permukaan
Permukaan kain
twist rendah cenderung akan terlihat lebih halus dan berkilau karena susunan
seratnya lebih rata dan teratur. Lain halnya dengan twist tinggi memiliki
permukaan yang lebih kasar dan tampak doff.
5.
Pilling
(Penggumpalan Serat)
Karena
twistnya rendah, kain menjadi lebih rentan terhadap pengelupasan atau
penggumpalan serat (pilling). Itu dikarenakan karakteristik serat-seratnya yang
tidak terikat kuat dan mudah lepas. Sebaliknya, kain dengan twist tinggi lebih
tahan terhadap pilling karena seratnya bisa terkunci erat. Kemungkinan terlepasnya
serat pun menjadi berkurang.
Itu dia beberapa pengaruh twist
terhadap karakteristik kain dan benang yang dihasilkan. Dengan memahami
pengaruh twist terhadap karakteristik benang dan sifat kain, produsen tekstil bisa
mengatur tingkat twist guna mencapai sifat-sifat kain yang diinginkan. Semoga
bermanfaat ya!