Sebagai salah satu warisan budaya
Nusantara yang diakui dunia, batik tak hanya menawarkan keindahan motif, tetapi
juga menyiratkan nilai-nilai kehidupan. Salah satu aspek yang tak kalah menarik
dari batik adalah penggunaan bahan pewarna alami dari berbagai jenis tumbuhan.
Ramah lingkungan tetapi juga
menghadirkan warna yang kaya dan unik, memberikan keindahan yang tak bisa
ditemukan pada pewarna sintetis. Sebelumnya, kita sudah membahas 20 tumbuhan yang
sering digunakan sebagai pewarna alami dalam proses pembuatan batik.
Sebagai negara yang beriklim
tropis, tanah Indonesia menjadi tempat hidup ideal untuk beragam jenis fauna.
Sehingga penggunaan tumbuhan sebagai pewarna alami untuk batik adalah tradisi
yang patut dilestarikan. Setiap warna yang dihasilkan dari daun, akar, atau
buah tumbuhan menciptakan keindahan alami yang menggambarkan keselarasan.
Berikut 10 tumbuhan yang juga
kerap digunakan sebagai pewarna kain batik:
21.
Daun Mimba
Mimba adalah jenis tumbuhan yang mempunyai rasa pahit
(daging buahnya manis) dan bersifat netral. Tanaman dengan ciri khas daun
memanjang dan sedikit bergerigi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna
dalam industri batik. Daun mimba dapat menghasilkan warna kuning yang cukup
pekat.
Daun mimba telah banyak dimanfaatkan sebagai
pengobatan tradisional untuk berbagai kondisi. Termasuk mengobati luka,
jerawat, dan berbagai penyakit kulit.
22.
Kulit kayu nangka
Tumbuhan yang buahnya bisa dimasak atau langsung
dimakan setelah masak ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami batik.
Terutama bagian kulit kayunya.
Pohon ini juga cukup serbaguna. Akarnya bisa diolah
menjdi obat demam, sedangkan kayu dan kulit pohonnya yang berwarna coklat dapat
menghasilkan zat pewarna untuk makanan atau kain katun berwarna kuning. Warna
tersebut dapat diekstrak dengan cara merebus katu dengan campuran alkohol. Di
sisi lain, getah pohon nangka juga bisa menghasilkan pewarna kinong mengkilat.
23.
Bunga pagoda
Bunga pagoda merupakan tumbuhan perdu dengan bunga
merah kecil-kecil yang tersusun dalam tandan berbentuk kerucut (pagoda). Bagian
bunganya memiliki rasa manis dan bersifat hangat.
Sebenarnya bunga ini belum umum digunakan sebagai
pewarna alami untuk batik. Namun, tumbuhan ini memang memiliki pigmen warna
merah muda yang bisa diekstraksi dari kelopak bunganya. Artinya, ada potensi bunga
ini untuk digunakan dalam pewarnaan kain, termasuk batik.
24.
Daun papaya
Selain terkenal sebagai bahan jamu ‘cekok’, daun
papaya memiliki pigmen hijau yang dapat digunakan sebagai zat warna alami pada
kain batik, lho. Menghasilkan pewarna hijau kekuningan yang khas.
Meskipun warna hijau dari daun ini tidak terlalu pekat
dan kurang tahan luntur, namun hal tersebut bisa diatasi dengan proses fiksasi
atau mordanting. Proses ekstraksinya dapat dilakukan melalui proses perebusan.
25.
Daun puring
Puring termasuk jenis tanaman perdu yang mempunyai daun
warna-warni. Daun tersebut bisa diekstrak untuk mendapatkan warna hijau
kekuningan (olive) dan dimanfaatkan sebagai pewarna tekstil.
Perlu diketahui bahwa daun ini mampunyai rasa pahit,
bersifat dingin dan mengandung racun. Akar dan kulit batangnya berasa pedas,
sedangkan getahnya mengandung tannin.
26.
Bunga rosela
Bunga osella mempunyai ciri khas warna merah pekat dan
rasa asam di bagian kelopak bunganya. Kelopak rosella dapat dikeringkan
lalu diseduh untuk membuat sirup warna kemerahan dan rasanya kecut. Bunga
dengan nama latin Hibiscus sabdariffa L. ini mengandung antosianin, yaitu jenis
senyawa flavonoid yang menghasilkan zat warna kuning pucat.
Tanaman rosella dapat tumbuh dengan baik di daerah
beriklim tropis dan subtropics. Selain pewarna batik, serat kulit batang
rosella juga bisa diolah menjadi serat goni. Namun prosesnya sangat sulit dan
butuh biaya tinggi.
27.
Daun salam
Syzygium polyanthum alias daun salam merupakan salah
satu penghasil zat warna cream, kuning atau kehitaman sehingga kerap
dimanfaatkan dalam proses pecelupan warna kain batik. Bahan dapur beraroma khas
ini dapat diekstrak untuk mendapatkan warna yang lebih pekat.
Penyedap masakan ini mengandung tannin, flavonoid,
eugenol, dan minyak asisi. Memiliki sifat rasa kelat, wangi serta memperbaiki
sirkulasi.
28.
Kulit Kayu Secang
Sejak jaman dulu, kulit kayu secang sangat populer
dalam industri pewarnaan alami kain batik. Tumbuhan dengan nama latin
Caesalpinia sappan L ini menghasilkan warna merah pucat, merah muda atau ungu pekat
tergantung jenis kain dan bahan fiksasinya.
Seduhan kayu secang menghasilkan warna merah gading muda
tapi kalau dicampur tawas, warnanya seperti meekrap. Selain bahan pewarna batik,
secang juga bisa dimanfaatkan sebagai pewarna makanan serta obat untuk
menyembuhkan memar.
Itu dia beberapa tanaman
penghasil zat warna alami yang banyak dimanfaatkan pembatik jaman dahulu. Cuma
itu aja? Nggak dong, Indonesia masih punya beragam jenis flora sumber pewarna
alami untuk industri batik.
Nantikan artikel kami selanjutnya
ya, Sobat!