Dalam dunia fashion modern, sahabat bahankain mungkin sudah sangat akrab dengan bahan seperti polyester, spandex, atau Dri-Fit. Semua itu adalah contoh bahan sintetis — serat buatan manusia yang diciptakan untuk meniru fungsi bahan alami seperti katun atau sutra, namun dengan efisiensi produksi yang jauh lebih tinggi.
Seiring berkembangnya teknologi
tekstil, bahan sintetis kini bukan hanya sekadar “pengganti murah”, tapi juga
menjadi pilihan utama untuk kebutuhan tertentu seperti pakaian olahraga,
pakaian renang, hingga pakaian outdoor ekstrem.
Artikel kali ini akan mempelajari
bahan sintetis seperti polyester, nylon, spandex, dan lainnya. Jadi sahabat
bahankain bisa mengetahui kelebihan, kekurangan, serta dampaknya bagi lingkungan
dan industri fashion.
1. Apa Itu Bahan Sintetis?
Bahan sintetis merujuk kepada serat
buatan yang dihasilkan dari senyawa kimia seperti petroleum atau gas alam. Berbeda
dengan serat alami seperti kapas yang ditanam, atau serat hewani seperti wool
yang dipotong dari domba, serat sintetis dibuat melalui proses kimia dan
ekstrusi serat di pabrik.
Beberapa bahan sintetis yang paling
umum digunakan:
· Nylon: Sering digunakan untuk membuat bahan pakaian
dalam atau lingerie, jas hujan, hingga pakaian renang karena teksturnya yang
licin dan tahan air ringan.
· Polyester: Paling serbaguna: dari kaus, celana, sprei,
hingga tirai — mudah ditemukan di mana-mana.
· Acrylic: Sering digunakan untuk syal, sweater, dan
knitwear karena teksturnya ringan tapi terasa hangat seperti wool.
· Spandex
(Lycra/Elastane): Sangat elastis,
cocok untuk pakaian olahraga, legging, pakaian senam, hingga baju renang
kompetisi.
2. Kelebihan Utama Bahan Sintetis
Bahan sintetis mempunyai banyak
keunggulan yang membuatnya popular serta sangat disukai produsen:
· Tidak terpengaruh musim atau cuaca
· Anti-kusut dan cepat kering
· Tahan air, tahan nyamuk, tahan noda
· Bisa dibuat tahan api atau antibakteri
· Produksi besar = harga stabil
Di Indonesia, bahan ini menjadi
favorit untuk produk seperti seragam olahraga, kaus komunitas, atau pakaian
anak karena tahan lama dan murah per yard.
3. Kekurangan dan Kontroversi
Namun, bahan sintetis bukan tanpa
masalah:
· Kurang menyerap keringat dibanding bahan alami
· Bisa menimbulkan alergi kulit bagi sebagian
orang
· Tidak mudah terurai di alam (non-biodegradable)
· Dihasilkan dari proses kimia yang mencemari
lingkungan
· Berisiko gampang rusak karena suhu tinggi,
panas, atau pengering mesin
Banyak organisasi lingkungan
mengkritik bahan sintetis karena limbah mikroplastiknya masuk ke laut dan
ekosistem.
4. Inovasi Modern: Dari Gore-Tex sampai
Dri-Fit
Meski berbasis sintetis, teknologi
terus mendorong inovasi bahan cerdas seperti:
· Gore-Tex: tahan air tapi tetap bisa bernapas
· Dri-Fit
(Nike): menyerap keringat dan mempercepat
penguapan
· Heatteach
(Uniqlo): mempertahankan suhu tubuh
· Thinsulate
(3M): insulasi dingin yang ringan
Jenis bahan ini mulai masuk ke pasar
Indonesia, terutama di brand-brand lokal yang mengembangkan produk sportwear
atau apparel outdoor.
Sahabat bahankain, bahan sintetis
adalah bagian penting dari industri tekstil masa kini. Meski punya banyak
keunggulan, kita tetap harus bijak dalam menggunakannya. Pertimbangkan
kenyamanan, harga, performa, dan tentu saja — dampaknya terhadap lingkungan.
Kalau kamu bisa menggabungkan
efisiensi produksi dan kesadaran lingkungan, brand-mu akan punya nilai lebih di
mata konsumen. Karena fashion yang bijak bukan hanya soal gaya, tapi juga
pilihan bahan yang bertanggung jawab.