Indonesia memiliki banyak kekayaan serta kearifan lokal. Seperti halnya dengan provinsi Sulawesi Utara yang terkenal dengan keindahan alam dan kulinernya yang memanjakan lidah. Selain itu, Sulawesi Utara juga memiliki kain tradisional yang tak kalah menarik dari kota-kota lain di Indonesia. Dimana kain tradisional tersebut disebut dengan kain Koffo yang pada awalnya dikerjakan oleh putra-putri Raja di Sangihe Talaud.
Sumber: cofo.co.id
Kain koffo terbuat dari
serat pisang Abaka atau orang Sangihe sering menyebutnya pisang Hote. Spesies
pisang ini banyak tumbuh di area Sangihe, yang banyak digunakan untuk material
rumah tradisional dan bahan baku pembuatan kain. Pada umumnya serat tersebut
dibuat dengan cara ditenun dengan teknik tenun ikat lungsi.
Pada abad ke-19, pohon
pisang Abaka dihancurkan dan digantikan dengan kopi, tebu dan kapas atas
perintah Belanda. Namun, masyarakat Sangihe tetap menanam pisang Hote karena
merupakan warisan dari para leluhur.
Kain koffo sendiri merupakan
kain tradisional yang sarat akan makna filosofis didalamnya, selain itu juga
sudah diresmikan sebagai warisan budaya non-materi oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan sejak tahun 2017 bersama dengan kain tradisional yang tidak
kalah menarik.
Proses pengolahan tanaman
pisang abaca untuk menjadi kain tenun melewati proses yang cukup panjang. Yang
pertama pohon pisang dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan, kemudian pohon
pisang digantung dan digarung dengan menggunakan alat khusus berbahan bamboo,
yang nantinya akan menghasilkan benang-benang halus. Benang halus tersebut
kemudia ditenun menjadi sebuah kain koffo.
Sejak tahun 1519, pohon
pisang abaca sudah dikembangkan di Indonesia dan digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan kain tenun koffo. Pohon pisang ini dikembangkan melalui tunas yang
tumbuh di sebalah pohon pisang dewasa. Khusus di Indonesia, pohon pisang abaca terdapat
tiga varietas yang populer yaitu Tangongon, Bangulanon dan Maguindanau. Ketiga
varietas tersebut tentu memiliki ciri khas masing-masing dan berbeda satu sama
lainnya.
Serat yang dihasilkan
dari pohon pisang abaca ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan serat kapas,
dimana serat abaca kekuatan seratnya jauh lebih tinggi dan daua serapnya lebih
bagus. Selain digunakan untuk membuat kain tenun, serat dari pohon pisang abaca
juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp dan uang kertas.
Sebelum ditenun menjadi
bahan kain, abaca harus diproses menjadi benang-benang halus dan setelah itu
ditenun menjadi lembaran kain-kain yang cantik. Bahan baku pewarna yang
digunakan pada kain koffo umumnya berwarna ungu tua atau kebiru-biruan yang
berasal dari buah mengkudu dan warna coklat dari kulit bakau.
Kain koffo tidak hanya
memiliki penampilan yang cantik tetapi juga memiliki makna filosofi yang sangat
mendalam terkait dengan kehidupan masyarakat Sangihe Talaud. Demikian
pembahasan singkat mengenai kain tenun koffo khas Sulawesi Utara.
Sahabat bahankain mencari benang atau kain untuk membuat kain tradisional, Anda bisa cek koleksi benang dan kain kami di sini.