Keindahan motif kain batik akan
semakin nyata dengan penambahan warna. Proses pewarnaan tersebut awalnya masih
menggunakan zat warna alam dari berbagai tanaman.
Meski tergeser oleh pewarna
sintetis yang lebih kaya warna, pemanfaatan zat warna alami untuk produk tekstil
harus tetap dipertahankan. Proses pewarnaan yang mengandalkan bagian tumbuhan
ini merupakan sebuah kekayaan budaya warisan para leluhur bangsa. Kelestarian
warna alam senantiasa dijaga terutama dalam proses pembatikan dan pembuatan kain-kain
tradisional Indonesia.
Nah, sebelumnya Bahankain.com
sudah membocorkan 14 jenis tanaman untuk pewarna alami (Natural Dyes) dalam
industri batik. Kita lanjutkan pembahasannya yuk!
15.
Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni)
Mahoni bersifat dingin, pedas dan beracun. Pohon mahoni dapat memberikan efek farmakologis berkat kandungan bahan kimia saponi dan flavonoid yang dimilikinya.
Selama ini, kayu mahoni cukup terkenal di dunia kesehatan
karena khasiatnya untuk mengobati penyakit diabetes. Terlepas dari semua itu, batang
pohon mahoni ternyata juga mengandung zat warna yang bisa dimanfaatkan untuk mewarnai
benang tenun dan kain batik lho.
Proses ekstraksi zat warna kayu mahoni ini bisa
dilakukan melalui dua cara, yaitu:
· Kulit kayu mahoni dicincang lalu diberi air dengan komposisi 3kg kulir dan 30 liter air. Campuran tersebut dimasak sampai menyisakan 23 – 25 liter. Saring air rebusan tersebut dan pewarna kayu mahoni pun siap digunakan.
Baca Juga: Mengenal Jenis Tumbuhan Untuk Pewarna Alami Dalam Industri Batik Natural Dyes (Bagian 1) |
·
Cara kedua, hancurkan kulit kayu mahoni jadi
bubuk kemudian masukkan ke panci dan tuangkan air sebanyak 2 liter untuk 2 kg
bubuk kayu mahoni. Rebus kedua bahan sampai mendidih setelah itu disaring.
Ekstraksi kulit kayu mahoni akan menghasilkan warna
merah keunguan.
16.
Daun Mangga (Mangifera indica)
Punya pohon mangga di pekarangan rumah? Nah, daunnya itu bisa dijadikan pewarna alam untuk batik lho. Ekstraksi daun mangga akan menghasilkan warna hijau terang kekuningan seperti hijau pupus.
Bagian paling terkenal dari pohon mangga tentu saja
buahnya. Tak banyak yang tau kalau daun mangga dapat diolah menjadi zat pewarna
alam. Caranya cukup mudah:
·
Siapkan air dan daun mangga yang agak tua
·
Timbang daun mangga secukupnya lalu dirajang tipis.
Jika ingin membuat 10 liter larutan maka gunakan 1 kg daun mangga dan 10 liter
air.
·
Rendam irisan daun mangga. Akan lebih baik kalau
baik rajangan tersebut diblender kasar.
·
Rebus hasil blenderan sampai tersisa separuh
atau 3/4 bagian. Jangan lupa diaduk ya. Larutan yang awalnya berwarna hijau
pekat akan berubah menjadi kuning kehijauan setelah direbus.
·
Tunggu sampai larutan tersebut dingin lalu pisahkan
dari ampasnya menggunakan saringan stainless.
·
Larutan pun siap digunakan untuk mencelup kain. Simpanlah
di wadah plastik atau stainless dan hindari menyimpannya di wadah aluminium
atau besi karena bisa mempengaruhi warna.
17.
Gambir
Uncaria gambir (Hunter) merupakan nama ilmiah tanaman gambir yang merupakan tanaman perdu asli Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur di daerah Sumatera dan Kalimantan. Masyarakat jaman dulu kerap menggunakan gambir sebagai bahan tambahan untuk menyirih atau nginang.
Baca Juga: Mengenal Jenis Tumbuhan Untuk Pewarna Alami Dalam Industri Batik Natural Dyes (Bagian 2) |
Banyak pembatik juga memanfaatkannya sebagai pewarna
alami. Gambir yang banyak dijual di pasaran adalah hasil ekstraksi air panas
dari daun dan ranting tanaman gambir. Sekilas wujud gambir mirip biskuit berbentuk
silinder dengan warna coklat kehitaman atau kekuningan.
Pengaplikasian gambir sebagai bahan pewarna tekstil menghasilkan
warna coklat sogan atau coklat kemerahan.
18.
Buah Jambe (Areca catechu)
Secara fisik, tanaman pinang atau jambe seperti pohon kelapa tanpa gerigi. Struktur batangnya terbilang kecil dan kurus tapi cukup tinggi (sekitar 15-29 meter). Tumbuhan yang memiliki nama ilmiah Areca catechu ini tumbuh dengan baik di seluruh wilayah Indonesia. Buah jambe dikenal sebagai bahan pewarna sekaligus obat kulit.
Biji buah pinang sudah lama dipakai masyarakat Papua sebagai
pewarna alami dalam pembuatan batik. Ekstrak buah jambe atau pinang
menghasilkan Zat Pewarna Alami (ZPA) coklat kemerahan dan hitam pada kain
batik.
Untuk mendapatkan warna terbaik, sebaiknya pilih buah
pinang yang sudah tua.
Buah tersebut kemudian ditumbuk sampai halus dan diberi tambahan air sehingga
menjadi larutan pewarna.
19.
Kulit kayu Duwet (Eugenia Cumini)
Duwet merupakan salah satu jenis flora yang berpotensi besar untuk dijadikan pewarna alami batik maupun tekstil. Berdasarkan penelitian, kulit batang pohon duwet terdapat zat tanin yaitu pigmen yang menghasilkan warna coklat.
Buah duwet berwarna keunguan memiliki rasa manis dan
bersifat netral. Bahan kimia yang teradapat pada tanaman duwet antara lain
minyak terbang, glukosida, asam galat, zat samak dan tanin. Dalam dunia
kesehatan duwet berperan sebagai astringen atau pereda nyeri, anti-maline,
anti-chlesteremik dan anti-diabetes.
20.
Akar Pohon Mengkudu (Morinda critifolia)
Mengkudu atau pace tergolong jenis tanaman perdu yang berasal dari Indonesia bagain timur. Pohon tumbuh di hutan, pinggir pantai serta kebun-kebun karean di pulau Jawa. Buah pace berwarna putih kekuningan dan punya aroma sedikit menyengat. Banyak orang memanfaatkannya untuk mencuci.
Jika akarnya diekstraksi maka didapatkan zat warna alami
berwarna merah untuk pencelupan bahan tekstil. Di Ambon, kulit akar pohon ini
dicampur tawas atau kulit kayu secang lalu direbus. Air rebusan itu dipergunakan
untuk merendam kain serta benang dan menghasilkan warna merah yang tahan
luntur.
Itulah beberapa jenis tanaman
penghasil zat pewarna alami yang sering dipakai para pembatik jaman dahulu. Cuma
itu aja? Nggak dong, Indonesia masih punya banyak jenis flora yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber pewarna alami dalam pembuatan batik.
Nantikan artikel kami selanjutnya
ya, Sobat!