Budaya membatik dan memakai kain
batik tumbuh dari budaya keraton. Terlihat dalam perkembangan batik Yogyakarta
dan Surakarta. Hal itu pula yang terjadi di Jambi dimana kain batik menjadi busana
eksklusif dan hanya boleh digunakan raja Melayu Jambi serta kaum bangsawan saat
menghadiri upacara adat, keagamaan dan seremonial istana.
Motifnya pun masih sangat
sederhana, seperti ukiran pada rumah adat Jambi. Seiring berjalannya waktu, makin
banyak orang bisa membatik dan harga kain batik semakin murah. Motif batik kian
beragam sehingga baju batik mulai digunakan rakyat biasa.
Konon, sejarah batik Jambi bermula pada masa Kesultanan Melayu di Jambi dengan motif utama berupa flora dan fauna. Salah satu keunikan batik Jambi adalah motifnya yang tidak memperlihatkan rangkaian sesuatu. Sehingga gambar terkesan sendiri-sendiri.
Pewarnaan batik Jambi pada masa
itu masih mengandalkan bahan-bahan alami berupa campuran aneka jenis kayu dan tumbuhan,
seperti:
Kadang mereka juga mewarnai batik
dengan campuran biji pohon tinggi dan daun nila yang didatangkan dari
Yogyakarta.
Perkembangan pesat seni perbatikan di Jambi mendorong berdirinya sentra-sentra kerajinan batik di sejumlah kabupaten. Tiap daerah berlomba menggali ide untuk menciptakan corak-corak batik yang unik dan khas. Masing-masing motif juga mengandung petuah yang bersumber pada adat istiadat masyarakat setempat.
Berikut beberapa motif batik
jambi serta makna filosofisnya:
1.
Motif Angso Duo
Satu diantara motif batik Jambi yang paling terkenal
adalah angso duo. Ciri khas angso duo berupa desain dua ekor angsa yang saling
berhadapan dalam posisi sejajar dan berdampingan. Beberapa sumber menyebutkan
jika motif ini terinspirasi dari kain khas india bercorak “hamsa” (berarti
angsa). Kain tersebut sempat populer pada tahun 1400-1600 Masehi.
Motif angso duo bermakna pesan agar manusia senantiasa
menjaga keseimbangan dan keselarasan hidup. Baik pada sesama manusia maupun makhluk
hidup lainnya. Hendaknya manusia senantiasa hidup dalam keharimonisan, penuh
kegigihan dan selalu bersabar dalam setiap usaha.
2.
Motif Batanghari
Penamaan “Batanghari” diambil dari nama sungai yang
mengalir hampir ke seluruh wilayah Jambi. Batanghari juga disebut-sebut sebagai
Sungai terpanjang di Pulau Sumatera.
Batik Batanghari melukiskan detail gunung, aliran sungai,
flora dan fauna. Corak khasnya berupa dulur tanaman yang membentang dari atas
ke bawah seolah menggambarkan lekukan Sungai Batanghari.
Motif ini menyiratkan pesan agar manusia tidak mudah
menyerah dalam menghadapi setiap cobaan dan permasalahan hidup. Hendaknya kita selalu
mencari jalan keluar seperti air Sungai yang mengalir dari hulu ke hilir.
3.
Motif Bungo melati
Corak batik jambi berikutnya yakni bungo melati. Jika
dilihat sekilas, desain batik ini mirip dengan motif truntum di Jawa dimana motifnya
berisi bunga-bunga kecil. Motif bungo melati terinspirasi dari bunga melati
Jambi yang dipercaya lebih harum dibandingkan bunga melati dari daerah lain.
Batik ini berpesan supaya manusia selalu bersyukur,
tidak memaksakan kehendak serta menghilangkan rasa iri, dengki dan sombong.
4.
Motif Tampuk manggis
Pada motif tampuk manggis terdapat pola bulatan bergelombang
berwarna hitam kemerahan seperti kulit luar dan isi buah berawarna putih. Dasar
penciptaan corak ini tak lain adalah buah manggis yang banyak dijumpai di Jambi.
Jumlah ornamen di luar dan dalam kurungan harus sama.
Hal itu menggambarkan sifat jujur dan terbuka masyarakat setempat. Sedangkan warna
kulit dan isi memberi pasan bahwa jangan menilai sesuatu hanya dari luarnya
saja.
5.
Motif Riang-riang
Reriang (riang-riang) atau Tibicen linnei adalah
hewan serangga sejenis kunang-kunang berukuran lebih besar dan memiliki sayap indah.
Hewan ini bisa mengeluarkan suara nyaring pepohonan dan biasa hidup di area
yang banyak pepohonan atau hutan rimbun. Riang-riang kerap muncul dimalam hari menghibur
warga dan membantu menerangi sekitar dengan tubuh kecilnya.
Secara simbolis, motif batik ini bermakna bahwa manusia
hendaklah berusaha semampunya untuk membawa kebaikan dan manfaat bagi sekitar.
Meski tampak kecil dan sepele, namun menerapkan kebaikan dan menjadi manusia
yang bermanfaat tak akan sia-sia.
6. Motif sialang rajo
Terinspirasi dari eksosotensi pohon sialang, fauna
khas bumi Andalas yang menjadi sarang lebih hutan (Apis Dorsata). Spesies
lebah ini manghasilkan madu hutan bermutu tinggi dan hanya bisa bertahan di pohon-pohon
tinggi seperti sialang.
Dahulu, madu adalah makanan para raja sehingga keberadaan
pohon sialang berisi sarang lebah sangat penting. Motif batik sialang rajo
mengandung makna filosofis agar masyarakat tetap bersama saat senang ataupun susah
guna mencapai kehidupan yang adil dan sejahtera.
7.
Motif Durian pecah
Batik durian pecah juga masuk dalam deretan motif favorit
dari Jambi. Dengan variasi desain yang menarik, gambar dua belahan durian bagaikan
sayap simetris dan bersisian namun masih saling bertautan.
Separuh pertama sebagai lambang fondasi iman dan ketakwaan,
sedangkan paruh lainnya menandakan penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Secara keseluruhan arti motif durian pecah adalah setiap karya manusia haruslah
berlandaskan iman, kebijaksanaan moral serta dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Itulah ragam motif batik jambi yang
cocok jadi referensi oleh-oleh saat berkunjung ke sana. Nah, jika Sahabat
Bahankain sedang mencari supplier kain putihan berkualitas untuk kebutuhan
batik, Bahankaincom siap membantu Anda. Khusus batik tulis, kami merekomendasikan
kain primis Cap Bedhaya, Cap Saron dan prima sanforis.
Sedangkan untuk batik cap atau
printing bisa menggunakan mori cap amaryllis, Cap Orchid, atau Lily. Selain
kain polos, kami juga menyediakan jenis kain dobby dengan beragam variasi motif.
Minimal order hanya 1 yard lho. Ada katalog kainnya juga.
Lebih lengkapnya, silahkan cek
koleksi kami di Kategori Produk.
Hubungi customer service kami
untuk detail produk, pemesanan dan info lain.
Sahabat juga bisa belanja kain via Shopee maupun Tokopedia di store Mekar Jaya Tekstil.