Surjan merupakan salah satu busana adat Keraton Ngayogyakarta yang sarat akan nilai-nilai kehidupan. Baju tradisional masyarakat Jawa ini dulunya selalu dipakai dalam keseharian masyarakat Jogja. Namun kini surjan hanya digunakan laki-laki di lingkungan keraton atau saat pelaksanaan upacara adat.
Seperti apa keunikan pakaian satu ini? Simak ulasannya yuk!
Seperti halnya beskap, surjan adalah baju adat resmi Jawa Tengah dan Yogyakarta yang memiliki model kerah tegak dan berlengan panjang. Bagian depannya dilengkapi sepasang saku passepoline atau saku biasa.
Layaknya busana adat dari daerah
lain, surjan menyimpan makna dan beragam fakta unik. Berikut pembahasannya!
1.
Dibuat oleh Sunan Kalijaga
Konon, surjan pertama kali diciptakan oleh Sunan
Kalijaga sekitar abad ke 16 M tepatnya sejak zaman Mataram Islam. Busana ini
disebut sebagai “pengagem taqwa“ alias
baju takwa. Sunan Kalijaga sendiri adalah salah satu tokoh Walisongo yang
memegang peranan penting dalam menyebarluaskan ajaran Islam di tanah Jawa.
2.
Asal usul nama
Secara etimologis, surjan berasal dari kata ‘suraksa’ dan ‘janma’ yang berarti menjadi manusia. Sedangkan menurut Tepas Dwarapura, istilah tersebut diambil dari kata “sirajan” yang bermakna pepadhang, pelita atau pemberi cahaya.
Baca Juga:
Filosofi Kain Tenun Lurik
3. Bermakna mendalam
Sebagai pakaian takwa, fungsi surjan bukan sekedar
penutup tubuh tetapi juga mengandung nilai-nilai kehidupan masyarakat muslim. Itu
tergambarkan pada struktur pakaian berupa:
·
Terdapat 3 pasang kancing di bagian leher yang
menggambarkan rukun iman.
·
Dua buah kancing di dada kiri dan kanan melambangkan
dua kalimat syahadat
·
Tiga kancing tersembunyi di bagian dalam sebagai
simbol tiga macam nafsu yang harus dikendalikan yaitu aluamah, amarah dan
supiyah.
· Lima kancing di lengan berkaitan dengan rukun Islam yang berjumlah 5.
4.
Jadi simbol kepemimpinan lelaki
Selama ini, surjan dikenal sebagai busana adat Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang umum dipakai oleh kaum pria. Yangmana
baju tersebut mampu menyiratkan kepemimpinan, kewibawaan serta ketegasan para pemakainya.
5.
Penggunaan surjan
Awalnya, surjan hanya dibuat khusus untuk para abdi dalem dan anggota kerajaan dari kaum bangsawan. Mereka pun hanya memakainya pada momen-momen tertentu seperti upacara adat atau acara budaya. Namun lambat laun, tren memakai surjan mulai diikuti oleh rakyat biasa.
Bahkan kini, setiap hari Kamis Pahing yang tak lain adalah
weton berdirinya Keraton Ngayogyakarta, para pelajar dan pegawai pemerintahan di
wilayah Yogyakarta diwajibkan memakai busana adat jawa. Termasuk surjan itu
sendiri.
6.
Jenis-jenis surjan
Awalnya surjan hanya dibuat dari satu jenis kain saja
yaitu kain lurik atau polosan. Tak seperti saat ini dimana motif dan warnanya
makin bervariasi. Motif pada baju surjan melambangkan identitas sosial
pemakainya Seperti halnya, surjan bercorak bunga aneka warna yang disebut
surjan ontrokusuman.
·
Surjan lurik
Sesuai namanya,
surjan ini menggunakan kain lurik sebagai bahan utama. Garis lurus yang sejajar
pada lurik melambangkan batas atau pemisah antara kebaikan dan keburukan. Dulu,
surjan lurik diperuntukkan bagi para prajurit dan aparat kerajaan. Sekarang pun
masih sering dipakai oleh para abdi dalem dan masyarakat umum pada momen-momen
tertentu.
·
Surjan ontrokusuman
Jenis surjan ini
memiliki motif kusuma atau bunga dan diperuntukkan bagi para bangsawan keraton
saat menghadiri upacara kebesaran seperti Grebeg. Umumnya berbahan dasar kain
sutra dengan corak bunga beraneka warna. Konon kabarnya, masyarakat umum tidak
diperkenankan memakai jenis surjan ini tanpa izin dari pihak keraton.
7.
Kelengkapan surjan
Dalam rangkaian busana adat Jawa, surjan dipadukan
bersama kain jarik dan blangkon sebagai aksesoris pelengkap untuk menutupi
kepala. Dalam sejarah awalnya, blangkon dipergunakan untuk menutup rambut panjang
para pria.
Hal itu karena rambut pria yang terlalu panjang adalah aib
dalam budaya Jawa. Sehingga perlu ditutupi, salah satunya dengan memakai penutup
kepala khas jawa berupa blangkon.
Itulah sejumlah fakta unik surjan
yang penting untuk kamu ketahui. Semoga informasi ini memperkaya pengetahuanmu
tentang pakian adat khususnya dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Cinta budaya,
cinta tanah air kita!