Industri fashion bertanggung
jawab setidaknya pada 4% emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2018 lebih besar
dari gabungan kaeoluaran karbon perekonomian perancis, Jerman dan Inggris.
Peningkatan data serupa dengan penyelarasan industri fashion dengan tujuan
iklin global bergantung pada pemngurangan emisi di seluruh rantai nilai
industri.
Penerapan praktik keberlanjutan
pada kegiatan hulu industri pengolahan kain, produksi pakaian, berpotensi
mengurangi 60% total emisi sektor ini. Fashion on demand pun bisa menjadi
solusi untuk membatasi kelebihan produksi serta akumulasi jumlah persediaan
yang berlebihan.
Yuk, mengenal lebih dekat tentang fashion on demand serta kelebihan dan kekurangannya!
Fashion on demand merujuk pada proses pembuatan pakaian berdasarkan pesanan konsumen alias made to order. Artinya, sebuah merk atau perusahaan hanya bisa memulai produksi garmen ketika ada pesanan. Dan setiap desain maupun ukurannya dibuat berdasarkan kebutuhan konsumen.
Sumber: https://manufy.com/
Hal tersebut berbanding terbalik
dengan tren fast fashion yang mengadopsi semua tren sekaligus untuk menciptakan
momen dan menekan biaya produksi. Sehingga harga jualnya lebih murah.
Cepatknya proses produksi dan
arus penjualan berkontribusi dalam menghilangkan esensi fashion yang
sebarnarnya sebagai sebuah seni. Koleksi fast fashion inilah yang membuah
proses produksi dan konsumsi menjadi kurang berkelanjutan serta mengancam
kesehatan lingkungan.
Meski alur produksi fashion on
demand cukup memakan waktu, tapi pakaian yang dihasilkan jauh lebih istimewa
dan berkualitas. Gagasan ini terus berkembang selama beberapa tahun belakangan,
terutama sejak merebaknya isu pencemaran lingkungan akibat limbah produksi dan
sampah tekstil. Hingga melahirkan gagasan untuk memproduksi fashion yang lebih
berkelanjutan.
Penerapan on demand fashion memang
belum sepenuhnya dipraktikkan oleh produsen tekstil dan produk tesktil. Tapi beberapa
label fashion sudah menerapkan strategi ini, diantara contohnya yaitu dua label
fashion asal Inggris, Benjamin Fox dan Olivia Rose.
Sumber: https://www.connectpos.com/
On demand fashion berfokus pada
faktor efisiensi produksi, personalisasi dan keperlanjutan. Terlepas dari hal
itu, ada aspek kelebihan serta kekurangan yang tak boleh diabaikan dan perlu
dipertimbangkan, seperti:
1.
Produk berkualitas tinggi
Ketika perusahaan memproduksi busana sesuai
permintaan, mereka menanggapi secara spesifik kebutuhan dan harapan pasar
sasaran mereka. Pakaian dapat dirancang dan diproduksi sesuai spesifikasi yang
tepat, dengan berbagai bahan, ukuran, dan gaya cetak yang dapat dipilih.
Meskipun mode sesuai permintaan mungkin tidak secepat produk yang diproduksi secara massal, barang yang diproduksi sering kali memiliki kualitas yang lebih tinggi. Hal ini khususnya berlaku ketika vendor sesuai permintaan bekerja sama dengan produsen dan mitra percetakan berkualitas tinggi
2.
Meminimalisir Resiko Kelebihan Stok
Produk hanya dibuat ketika ada pesanan, sehingga
risiko kelebihan stok dapat diminimalkan. Ini membantu menghindari barang yang
tidak terjual dan mengurangi kebutuhan akan diskon besar untuk menghabiskan
stok.
3.
Lebih Ramah Lingkungan
Dengan mengurangi produksi berlebihan, fashion on demand secara signifikan menekan limbah tekstil dan emisi karbon. Pada akhirnya, langkah ini sangat mendukung keberlanjutan dan menyasar konsumen yang peduli lingkungan.
Baca Juga: |
4.
Personalisasi Produk
Pemberian kebebasan pada konsumen dalam memilih desain,
ukuran, bahan, atau warna sesuai preferensi menciptakan pengalaman belanja yang
unik dan lebih memuaskan.
5.
Efisien untuk Bisnis Kecil
Fashion on demand lebih cocok untuk bisnis berskala kecil
atau independen yang tidak bisa memproduksi barang dalam jumlah besar. Ini
memungkinkan mereka untuk fokus pada kualitas dan kreativitas.
6.
Responsif terhadap Tren
Karena tidak bergantung pada stok, fashion on demand tak
butuh waktu lama untuk mengikuti pergerakan dan menyesuaikan produk dengan tren
terbaru. Produk pun bisa tetap relevan di pasaran.
1.
Waktu Tunggu Lebih Lama
Tantangan terbesar fashion on demand adalah waktu
produksi yang lebih lama. Hal itu karena setiap proses manufaktur harus dimulai
dari penghitungan biaya dan berbagai penyesuaian. Artinya, pelanggan tidak bisa
langsung menerima atau mencoba sebuah produk sebelum ia benar-benar selesai.
2.
Biaya Produksi Per Unit Lebih Tinggi
Fashion made by order juga membuat HPP (harga pokok
produk) per unitnya jauh lebih mahal. Hal tersebut sangat mempengaruhi harga
jual serta daya saing produk di pasar. Personalisasi juga membutuhkan perhatian
ekstra pada detail yang berpotensi meningkatkan kompleksitas operasional.
3.
Ketergantungan pada Teknologi
Dibutuhkan investasi dalam teknologi desain dan
pencetakan digital, mesin otomatis, atau perangkat lunak manajemen pesanan guna
memastikan bisnis berjalan secara optimal.
4.
Batasan Skalabilitas
Fashion on demand kemungkinan besar akan sulit memenuhi
lonjakan pesanan dalam waktu singkat. Hal ini dapat membatasi skalabilitas,
terutama saat menghadapi permintaan tinggi secara tiba-tiba.
Intinya, fashion on demand memang
menawarkan pendekatan yang inovatif, ramah lingkungan, dan relevan dengan tren
konsumen modern. Cocok untuk bisnis kecil atau merek yang fokus pada personalisasi
dan sustainability. Namun, tantangan biaya produksi yang lebih tinggi, waktu
tunggu, dan kebutuhan teknologi harus benar-benar dipertimbangkan.