Saat mendengar kata “fashion,” bayangan kita sering kali langsung tertuju pasa peragaan busana di Paris, tas tangan seharga ratusan juta, atau gaun rancangan desainer ternama. Mengapa industri ini begitu lekat dengan kemewahan dan seakan menjadi lambang kekayaan? Jawabannya tidak sesederhana harga yang mahal, tetapi berakar pada sejarah, stategi bisnis, dan psikologi manusia.
1. Akar Sejarah: Pakaian Sebagai Penanda Kelas Sosial
Di masa lalu, fashion bukan sekadar tren, melainkan cerminan
status sosial yang sangat jelas. Bahan-bahan seperti sutra, brokat, dan wol halus
sulit didapat dan hanya bisa dijangkau oleh kaum bangsawan. Di banyak kerajaan,
bahkan ada undang-undang yang mengatur jenis pakaian, warna, dan bahan yang
boleh dikenakan oleh setiap kelas masyarakat. Pakaian mewah secara harafiah
adalah penanda siapa yang berkuasa dan siapa yang tidak. Meskipun undang-undang
ini sudah tidak ada, warisan psikologisnya masih bertahan: pakaian berkualitas tinggi sering dianggap sebagai simbol kekuasaan dan
kesuksesan.
2. Kualitas dan Kerajinan Tangan yang Tak Tertandingi
Fashion mewah identik dengan kualitas tanpa kompromi. Mereka menggunakan material terbaik –
kulit eksotis, bulu kasmir, atau kain katun yang dipanen secara khusus. Proses
pembuatannya pun jauh dari produksi massal. Banyak produk mewah dibuat oleh pengrajin ahli (artisan) yang mewarisi
keahlian turun-temurun, seperti penjahit haute
couture di Paris atau pembuat tas tangan di Italia. Setiap jahitan, detail,
dan sentuhan akhir dikerjakan dengan presisi tinggi. Harga yang mahal bukan
hanya untuk produknya, tetapi juga untuk membayar keahlian dan waktu yang
diinvestasikan dalam setiap karya seni tersebut.
3. Strategi Pemasaran yang Cerdas dan Eksklusif
Brand-brand mewah sangat pandai menciptakan citra eksklusif. Mereka tidak hanya
menjual produk, tetapi juga mimpi dan gaya hidup. Peragaan busana yang megah,
kampanye iklan dengan supermodel atau selebritas ternama, dan lokasi butik yang
strategis semuanya dirancang untuk menciptakan aura kemewahan. Mereka juga
sering kali merilis produk dalam jumlah terbatas (limited edition) atau membuat daftar tunggu yang panjang, sehingga
barang tersebut terasa lebih berharga dan ekslusif. Hal ini bukan hanya tentang
memiliki produk mewahan mahald, tetapi juga tentang menjadi bagian dari “klub”
elite yang bisa mendapatkannya produk tersebut.
4. Psikologi Manusia: Keinginan untuk Berbeda
Secara psikologis, manusia memiliki dorongan untuk
menunjukkan identitas dan status mereka. Mengenakan barang mewah adalah salah
satu cara paling efektif untuk melakukan ini, tas tangan branded atau sepatu
desainer bisa berfungsi sebagai simbol
status yang langsung dikenali oleh orang lain. Mereka menandakan bahwa
seseorang telah “berhasil” dan memiliki selera yang tinggi. Alih-alih hanya
mengikuti tren, fashion mewah menjadi cara untuk membangun identitas diri dan
menunjukkan posisi seseorang dalam hierarki sosial.
Jadi, meskipun fashion modern kini jauh lebih demokratis, hubungan
antara fashion, kemewahan, dan kekayaan tetap kuat. Dari dulu hingga saat ini,
fashion adalah perpaduan antara seni, warisan, dan bisnis cerdas yang
memanfaatkan keinginan alami manusia untuk memiliki dan diakui.