Pernahkah kamu mendengar tentang kain
tenun Donggala? Saat ini banyak produsen sarung berusaha membuat sarung
bermotif Donggala. Sayangnya, tak banyak tau kalau darimana karya tenun ini berasal.
Lalu, dimakah sebenarnya kain
donggala ini dibuat? Simak ulasan lengkapnya yuk!
Sesuai dengan namanya, kain tenun
donggala merupakan kerajinan tenun dari Donggala, Sulawesi Tengah. Donggala dikenal sebagai kota tua bekas Pelabuhan
dagang terbesar di era kolonial. Tradisi menenun benang diwariskan secara turun
temurun yang dilakukan oleh kaum wanita ketika suami melaut.
Berkat kaunikan serta keindahan motifnya, kain donggala menjadi salah satu produk kebanggaan Provinsi Sulawesi Tengah. Bahkan tahun 2022 lalu, pemerintah daerah setempat resmi mendaftarkan tenun donggala sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. Kain tenun donggala juga terkenal kualitas kain yang menggunakan bahan baku serat sutra yang dipadukan dengan tenunan benang perak dan emas.
Sumber: https://koropak.co.id/
Buya Sabe atau kain tenun donggala
merupakan perpaduan antara budaya kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah dan Suku
Bugis. Sebagian besar orang Donggala adalah penduduk asli suku Bugis yang bermigrasi
dari Sulawesi Selatan dan menetap di kota tersebut. Mereka turut serta membawa
budaya menenun masyarakat Bugis sehingga corak kain tenun Donggala mempunyai banyak
kesamaan dengan kerajinan tenun Bugis.
Kain donggala termasuk unsur penting dalam tata busana tradisional warga Sulawesi Selatan, khususnya suku Kaili dan Pamona. Kain buya sabe mempunyai ciri khas tekstur yang agak kaku dan berwarna gelap seperti ungu tua, merah maroon, hitam dan biru tua atau navy.
Baca Juga: MELIRIK INDAHNYA KAIN SUTRA KHAS BUGIS |
Seiring perkembangannya buya sabe
mulai dibuat dari campuran serat katun dan viscose rayon. Sehingga kenampakan kainnya
tidak jauh berbeda dengan tenun donggala berbahan baku serat sutra. Guna
mengefektifkan kinerja para penenun kain donggala maka dibuatlah 4 spesialisasi
pekerjaan, yaitu:
1.
Pemintalan benang
2.
Pewarnaan
3.
Penyusun benang pada mesin tenun
4.
Proses tenun
Benang pakan dan lungsi ditenun
menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) gendongan oleh
Motif kain tenun donggala jauh lebih sederhana dibandingkan kain songket maupun kain tenun Kalimantan. Seperti kerajinan tekstil tradisional lainnya, kain tenun donggala tak hanya unik dan indah tapi juga sarat akan makna.
Sumber: httpssulteng.antaranews.com
Berikut beberapa motif kain
donggala serta makna dan teknik pembuatannya:
1.
Buya Cura
Corak kain Buya sura atau cura berupa kotak-kotak
besar yang memiliki makna bahwa semasa hidup haruslah menjaga tingkah laku
sebagai amalan saat meninggal dunia. Dasar pembuatan tenun buya cura ialah pemakaian
warna benang lusi (pusua) dan benang pakan (pusus) yang berbeda. Namun tak
jarang beberapa warna benang lusi juga dipakai sebagai pakan. Besar kecilnya
jalur-jalur benang tersebut bisa diatur sesuai keinginan.
Biasanya menggunakan warna merah muda dan ungu tua. Persilangan
antar benang pakan dan lusi yang membentuk kotak kecil atau besar disebut dam-dam.
Dam-dam berbentuk kotak besar disebut Buya tuna lapa sedangkan
dam-dam yang dominan berukuran kecil disebut Buya ganboro.
2.
Buya Bomba (motif tanaman)
Buya bomba termasuk salah satu motif yang paling populer.
Proses pembuatannya pun jauh lebih sulit daripada motif laih sehingga harganya
tergolong paling mahal diantara yang lain. Corak Buya bomba melambangkan rasa
cinta yang suci terhadap keluarga, kerajaan dan Tuhan.
Berikut beberapa variasi corak kain buya bomba khas Donggala:
·
Tavanggadue (daun keladi)
·
Seskaranji (bunga berbuah
keranjang)
·
Yonjokea (burung kakatua)
·
Vala’a (bunga merayap)
·
Bunga poindo tava ronto (bunga
berbentuk lampu gantung)
·
Tavanompulo (daun merambat)
·
Punanu Unu (pohon beringin)
·
Bunga cando (bunga cangkokan)
·
Bunga Lanto (bunga air) dan
masih banyak lagi
3.
Buya Subi
Kepala kain bermotif belah ketupat dan corak tanaman
bunga menjalar di badan kain. Motif ini bermakna keteguhan hati pria yang
melamar wanita dan simbol pemersatu keluarga. Kain Buya Subi biasanya dibuat
dengan teknik songket (pakan tambahan) atau sungkit (lusi tambahan).
4.
Kombinasi Bomba dan Subi
Motif kain tenun donggala kombinasi Bomba dan Sumbi berupa
bunga kuncup di kepala kain dan bunga mawar di bagian badan kain. Kain Bomba
Subi bermakna cinta suci raca terhadap kerajaan Banawa. Proses pengerjaannya melalui
menggunakan dua teknik yaitu dicelup lalu disungkit.
5.
Buya Bomba Kota
Kain ini bermotif kotak-kotak kecil dan garis vertikal di kepala kain. Artinya setiap manusia harus menjaga tingkah laku. Pembuatan kain Buya Bomba Kota menggunakan teknik ikat ganda seperti pada tenun Gringsing khas Bali.
6.
Buya Awi
Tak seperti kelima jenis kain di atas, Buya Awi hanya
berbentuk tenuan polos dengan satu warna dan tidak mempunyai ragam hias. Kain polosan
ini melambangkan sosok wanita suci yang siap dinikahi pria pujaan hatinya.
Biasanya satu lembar kain Buya Sabe
berukuran 2,5 meter x 1 meter dijual dengan kisaran harga ratusan ribu hingga
jutaan rupiah. Tergantung kerumitan dan lama proses pembuatannya.
Nah, jika Sahabat Bahankain ingin
melihat langsung proses pembuatan kain tenun donggala, datanglah ke desa-desa tenun di
Kabupaten Donggala. Seperti Desa Limbo Ro dan Desa Towale di Kecamatan Banawa
Tengah, Desa Tosale di Kecamatan Banawa Selatan, Desa Salubomba di Kecamatan
Banawa Tengah serta beberapa desa lainnya.